Sekilas tentang Konstipasi
Kata konstipasi atau constipation
berasal dari bahasa Latin constipare yang mempunyai arti bergerombol
bersama. Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara
sempurna yang tercermin dari berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya,
tinja lebih keras, lebih besar dan nyeri dibandingkan sebelumnya serta pada
perabaan perut teraba massa tinja (skibala). Secara umum definisi konstipasi
menurut the North American Society for Pediatric Gastroenterology and
Nutrition (NASPHGAN) adalah kesulitan atau keterlambatan melakukan defekasi
selama dua minggu atau lebih, dan mampu menyebabkan stres pada pasien.
Konstipasi merupakan masalah kesehatan
pada anak yang masih cukup tinggi. Kalau kita merujuk pada definisi NASPGHAN yang
longgar, maka kejadian konstipasi pada anak bisa mencapai 30% lebih. Konstipasi
dapat menyebabkan 3% kunjungan pasien ke dokter anak umum dan 15-25% kunjungan
ke konsultan gastroenterologi anak. Sebagian besar konstipasi pada anak
(>90%) adalah fungsional yang bila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
biasanya tidak ditemukan kelainan organik, 40% diantaranya diawali sejak usia
satu sampai empat tahun.
Penyebab
Konstipasi
Sebab utama konstipasi fungsional
sebenarnya adalah adanya riwayat trauma sebelumnya saat berhajat, bisa karena
nyeri karena tinja yang keras, atau karena toilet fobia yaitu ketakutan ke
toilet akibat toilet yang jorok, ada kecoa, bau, dan lain lain. Akibat trauma
tersebut anak menahan tinjanya dan tidak mau berhajat. Karena ditahan tinja
akan semakin keras karena air diserap oleh dinding usus, sehingga saat anak
berusaha berhajat semakin terasa sakit, karena sakit semakin ditahan oleh si
anak, sehingga keadaan tersebut menjadi seperti lingkaran setan. Lingkaran
setan ini harus diputus dengan cara menghilangkan trauma pada anak tersebut,
dan membuat kondisi supaya anak merasa nyaman saat berhajat, tidak sakit, tidak
takut dan tidak menahan tinjanya.
Bagaimana Menangani Konstipasi?
Ada 3 hal yang harus diperhatikan bila
menghadapi anak dengan konstipasi yaitu:
- Pada tahap awal kita harus mengevakuasi tinja yang sudah menumpuk berhari-hari di dalam usus besarnya. Evakuasi biasanya dilakukan dengan cara klisma atau enema dengan gliserin yang dilakukan di rumah sakit. Bila tinja yang menumpuk tidak terlalu banyak, evakuasi juga bisa dilakukan dirumah dengan cara pemberian obat supositoria (obat yang dimasukkan lewat anus).
- Tahap kedua adalah pengobatan rumatan yang harus diberikan paling sedikit 2 minggu, bahkan kadang - kadang sampai 1 sampai 3 bulan. Pengobatan rumatan ini bertujuan mencegah tinja supaya tidak keras dan memutuskan lingkaran setan yang membuat anak menahan tinjanya. Pengobatan rumatan dilakukan dengan cara memberikan cairan yang cukup paling tidak 1 liter sehari, pemberian serat yang cukup, pijatan di perut searah dengan jarum jam untuk merangsang gerakan usus besar, toilet training serta obat pencahar yang aman diberikan jangka panjang. Berikanlah buah buahan selain pisang dan apel, berikanlah susu dengan takaran yang sesuai, sambil dilakukan massage diperut dengan minyak telon atau baby oil dari arah kanan bawah ke kanan atas dilanjutkan ke kiri atas lalu kiri bawah, secara rutin 15 kali sehari. Toilet training akan mengembangkan refleks gastrokolik dan selanjutnya akan membangkitkan refleks defekasi. Sebagian besar anak telah siap memulai toilet training pada usia 18 bulan hingga 3 tahun. Toilet training dilakukan dengan cara anak diminta duduk sebentar sekitar 3- 5 menit di toilet atau mainan yang berbentuk tolit, 15 menit setelah makan pagi atau siang. Pada awalnya anak tidak ditargetkan untuk berhajat saat toilet training, karena hal itu malah akan membuat stres si anak, yang penting adalah anak bisa duduk dulu sebentar, dan dilakukan secara teratur setiap hari. Salah satu cara untuk tetap mejaga kepatuhan terapi adalah menstimulasi anak yang telah berhasil dalam kegiatan ini dengan pemberian hadiah
- Tahap ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah mencari penyebab dari konstipasi tersebut.
Kapan
Konstipasi Perlu Diwaspadai?
Kontsipasi yang timbul sejak lahir,
disertai gejala perut yang kembung serta pertumbuhan bayi yang tidak baik harus
dicurigai sebagai suatu kelainan yang disebut penyakit Hirsprung.
Kelainan ini merupakan bawaan lahir yang terjadi saat pembentukan persarafan
usus saat janin dalam kandungan dengan kemungkinan laki-laki lebih besar dari
perempuan dengan perbandingan 4 : 1. Saraf usus besar di bagian paling ujung
dekat anus tidak terbentuk, sehingga bagian tersebut akan menjadi kaku dan
tidak dapat mengeluarkan tinja, sedangkan bagian atasnya akan bekerja lebih
keras sehingga timbul pelebaran usus. Gejala yang khas untuk penyakit Hirsprung
ini adalah adanya kesulitan berhajat sejak lahir, dan bila anusnya di colok
maka tinja akan menyemprot keluar. Bila menghadapi gejala seperti ini orang tua
harus membawa bayinya ke dokter anak untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut.
Untuk membuktikan adanya kelainan ini biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi
hisap atau foto usus besar dengan menggunakan kontras yang disebut pemeriksaan
barium enema. Bila terbukti penyakit Hircsprung maka harus dilakukan
operasi dua tahap, tahap pertama dibuat saluran untuk keluarnya tinja
(kolostomi), lalu setelah berat badan dan usia bayi telah optimal baru
dilakukan operasi koreksi. Sampai saat ini belum dapat dibuktikan secara pasti
apa penyebab kelainan bawaan ini. Infeksi Toxoplasma maupun infeksi virus lain
serta kurangnya asupan nutrisi saat hamil tidak terbukti menjadi penyebab
kelainan ini.
Sumber: idai.or.id
0 comments:
Post a Comment