Slide Title 1

Aenean quis facilisis massa. Cras justo odio, scelerisque nec dignissim quis, cursus a odio. Duis ut dui vel purus aliquet tristique.

Slide Title 2

Morbi quis tellus eu turpis lacinia pharetra non eget lectus. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; Donec.

Slide Title 3

In ornare lacus sit amet est aliquet ac tincidunt tellus semper. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Thursday 27 April 2017

Pengertian Negosiasi



BAB I
PENDAHULUAN

Menurut PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) di Makassar, fenomena yang terjadi saat ini menyangkut perawat yaitu seringkali terjadi ketidakseimbangan insentif atau reward antara kelompok dokter, perawat dan yang setara dengan perawat, tenaga administrasi serta tingkatan manajer rumah sakit sehingga menyebabkan terjadinya konflik. Konflik yang berkepanjangan  menyebabkan menurunnya komitmen karyawan terhadap organisasi, khususnya perawat. Dengan menurunnya komitmen tersebut, maka kinerja perawat pun menjadi menurun atau kurang. Perawat dalam menjalankan profesinya sangat rawan terhadap stres, kondisi ini dipicu karena adanya tuntutan dari pihak organisasi dan interaksinya dengan pekerjaan yang sering mendatangkan konflik atas apa yang dilakukan. Beban kerja yang sering dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2002) adalah bersifat fisik seperti mengangkat pasien, mendorong peralatan kesehatan, merapikan tempat tidur pasien, mendorong brankart dan yang bersifat mental yaitu kompleksitas pekerjaan misalnya keterampilan, tanggung jawab terhadap kesembuhan, mengurus keluarga serta harus menjalinkomunikasi dengan pasien. Menurut Marquis dan Houston (1998, dalam Nursalam, 2007), konflik sebagai masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Konflik sering terjadi pada setiap tatanan keperawatan.
Konflik terjadi dalam setiap hubungan, termasuk perawat di tempat kerja. Prevalensi konflik di tempat kerja secara statistik menunjukkan bahwa 24-60% waktu dari manajemen dihabiskan terkait dengan konflik. Peran kepemimpinan dalam konflik merupakan elemen penting. Kemampuan mereka akan mempengaruhi strategi mereka dalam konflik dan meningkatkan staf untuk bekerja sama secara efektif sehingga dapat terwujud pelayanan keperawatan yang bermutu. Hasil survey awal Danur Azissah menunjukkan bahwa dari 9 orang perawat terdapat 6 orang perawat yang mengalami stres kerja seperti mudah marah, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat dan kesulitan dalam masalah tidur, serta ada dua orang yang sering  tidak masuk kerja. Di samping itu stress kerja perawat disebabkan konflik antara perawat dan tenaga kesehatan lain maupun dengan pasien. Bentuk konflik yang sering terjadi adalah  masalah pembagian tugas dan insentif yang tidak jelas dan tidak merata, sering tidak bertanggung jawab terhadap tugas serta menyalahkan rekan kerja yang lain. Hasil penelitian menunjukkan sebagian  besar (78,3%) responden mengatakan manajemen konflik kurang baik. Dari 18 orang responden yang mengatakan manajemen konflik kurang baik, ada 10 orang (55,6%) responden mengalami stres kerja, sedangkan dari 5 orang responden yang mengatakan manajemen konflik kurang baik, ada 1 orang (20%) responden mengalami stres kerja.
Setiap organisasi dimana di dalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi layanan kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja komunitas secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu komunitas, kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu ( Swanburg, 1993).
Sebagai manajer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap tatanan nyata asuhan keperawtan. Oleh karena itu, manajer harus mempunyai dua asumsi dasar tentang konflik. Asumsi dasar yang pertama adalah konflik adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi. Asumsi yang kedua adalah jika konflik dapat dikelola dengan baik, maka dapat menghasilkan suatu penyelesaian yang kreatif dan berkualitas, sehingga berdampak terhadap peningkatan dan pengembangan produksi. Disini peran manajer sangat penting dalam mengelola konflik. Manajer berusaha menggunakan konflik yang konstruktif  dalam menciptkan lingkungan yang produktif. Jika konflik mengarah ke suatu yang menghambat, maka manajer harus mengidentifikasikan sejak awal dan secara aktif melakukan  intervensi supaya tidak berefek pada produktifitas dan motivasi kerja (Nursalam, 2011).



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Negosiasi
Menurut Marquis dan Huston (1998), negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan kompetitif. Negosiasi sering dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi jika digunakan sebagai strategi menyelesaikan konflik. Selama negosiasi berlangsung berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya (Nursalam, 2011).
Menurut Smeltzer (1991) mengidentifikasikan dua tipe dasar negosiasi, yakni kooperatif (setiap orang menang) dan kompetitif (hanya satu orang yang menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah salah satu atau kedua belah pihak menghendaki adanya perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak menghendaki perbaikan hubungan maka akan timbul tipe kooperatif. Tapi jika salah satunya maka akan timbul kompetitif.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses negosiasi, yaitu: masalah harus dinegosiasikan, negosiator harus tertarik pada “take and give” selama proses negosiasi dan mereka harus saling percaya (Nursalam, 2011).
Negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda.
Proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam, mengandung seni dan penuh rahasia, untuk mencapai suatu tujuan yang dianggap menguntungkan para pihak

B.     Tujuan Negosiasi
Ada beberapa tujuan dari sebuah negosiasi dalam bisnis, yaitu antara lain :
  1. Untuk mendapatkan atau mencapai kata sepakat yang mengandung kesamaan persepsi, saling pengertian dan persetujuan.
  2. Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi penyelesaian atau jalan keluar dari masalah yang dihadapi bersama.
  3. Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi saling menguntungkan dimana masing-masing pihak merasa menang (win-win solution).
C.    Langkah-langkah  yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi
1.      Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Karena pengetahuan adalah kekeuatan, semakin banyak informasi yang didapat, maka semakin besar kemungkinan untuk menawarkan negosiasi.
2.      Dimana manajer harus memulai. Karena tugas manajer adalah melakukan kompromi, maka mereka harus memilih tujuan utama. Tujuan tersebut sebagaik masukan dari tingkat bawah.
3.      Memilih alternatif yang terbaik terhadap  sarana dan prasarana. Efesiensi dan efektivitas penggunaan waktu, anggaran dan pegawai yang terlibat perlu juga diperhatikan oleh manajer.
4.      Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah agenda negosiasi alternatif yang akan ditawarkan jika negosiasi tidak dapat disepakati (Nursalam, 2011).

D.    Beberapa strategi dan cara yang perlu dilakukan dalam menciptakan kondisi persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka selama proses negosiasi berjalan menurut Smeltzer (1991).
1.      Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2.      Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respon nonverbal yang tampak.
3.      Berpikir positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi yang disampaikan.
4.      Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan.
5.      Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi pada saat negosiasi.
6.      Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
7.      Jujur.
8.      Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian terbaik.
9.      Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir dan mintalah waktu  untuk menjawabnya.
10.  Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung, istirahatlah sebentar.
11.  Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu anda pahami.
12.  Bersabarlah (Nursalam, 2011).

E.     Kunci Sukses Dalam Negosiasi
1.      Lakukan
a.       Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa anda mengetahui keinginan orang lain.
b.      Perlakukan orang lain sebgai teman dalam menyelesaikan masalah, bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada bukan orangnya.
c.       Ingat, bahwa setiap orang menginginkan/mengharapkan penyelesaian yang diterima, jika anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan menarik.
d.      Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak. Perhatikan gerakan tubuhnya.
e.       Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.
f.       Antisipasi penolakan.
g.      Tahu apa yang anda berikan.
h.      Tunjukan beberapa alternatif pilihan.
i.        Tunjukan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap pendapat anda.
j.        Bersikap asertif, bukan agresif.
k.      Hati-hati, anda mempunyai sesuatu kekuasaan untuk memutuskan.
l.        Pergunakan gerakan tubuh, jika anda menyetujui dan tidak terhadap suatu pendapat.
m.    Konsisten terhadap apa yang anda anggap benar (Nursalam, 2011).
2.      Hindari
a)      Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
b)      Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
c)      Distorsi.
d)     Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
e)      Tidak berurutan.
f)       Membuat hanya satu pilihan.
g)      Memaksakan kehendak.
h)      Berusaha menekan pada satu pendapat (Nursalam, 2011).
BAB III
KESIMPULAN



Menurut Marquis dan Huston (1998), negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan kompetitif. Negosiasi sering dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi jika digunakan sebagai strategi menyelesaikan konflik. Selama negosiasi berlangsung berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya (Nursalam, 2011).



























DAFTAR PUSTAKA



Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
http://www.galeripustaka.com/2013/03/pengertian-tujuan-dan-manfaat-negosiasi.html







GAGAL GINJAL KRONIK

GAGAL GINJAL KRONIK
A.    PENGERTIAN
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal (Betz Sowden, 2002  )
Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat ( Rosa M. Sacharin, 1996).
Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah adanya kerusakan fungsi ginjal secara progresif sehingga tubuh akan mengalami gangguan karena ginjal tidak mampu mempertahnkan substansi tubuh dalam keadaan nomal.

B.     ETIOLOGI
1.      Glomerulonefritis
2.      Pielonefritis
3.      Nefrosklerosis
4.      Sindroma Nefrotik
5.      Tumor Ginjal

C.    PATOFISIOLOGI
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia. Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon paratiroid, peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia









D.    MANIFESTASI KLINIK

Meskipun gejala yang dialami anak bervariasi berdasarkan proses penyakit yang berbeda – beda, penyakit paling umum yang berhubungan dengan GGK adalah sebagai berikut :
1.     Ketidakseimbangan cairan
a.  Kelebihan cairan : edema, oliguri, hipertensi, gagal jantung kongestif
b.      Penipisan volume vaskuler : poliuria, penurunan asupan cairan,  dehidrasi
2.     Ketidakseimbangan elektrolit
a.        Hiperkalemia : gangguan irama jantung, disfungsi miokardial
b.       Hipernatremia : haus, stupor, takikardia, membran kering, peningkatan refleks tendon profunda, penurunan tingkat kesadaran
c.        Hipokalemia dan hiperfosfatemia : iritabilitas, depresi, kram otot, parastesia, psikosis, tetani
d.       Hipokalemia : penurunan reflek tendon profunda, hipotonia, perubahan EKG
3.     Ensefalopati dan neuropati uremik
a.  Gatal gatal
b.  Kram dan kelemahan otot
c.  Bicara tidak jelas
d. Parastesia telapak tangan dan telapak kaki
e.  Konsentrasi buruk
f.   Mengantuk
g.  Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial
h.  Koma
i.    Kejang
4.     Asidosis : takipnea
5.     Anemia dan disfungsi sel darah
a.  Pucat
b.  Kelemahan
c.  Perdarahan ( stomatitis, feses berdarah )
6.     Disfungsi pertumbuhan
a.  Pertumbuhan tulang yang abnormal
b.  Perkembangan seksual yang terhambat
c.  Malnutrisi dan pelisutan otot
d. Selera makan buruk
e.  Nyeri tulang
f.   Ketidakteraturan menstruasi.

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Tes darah
Ó BUN dan kreatinin serum meningkat
Ó Kalium serum meningkat
Ó Natrium serum meningkat
Ó Kalsium serum menurun, fosfor serum meningkat, PH serum dan HCO3 menurun
Ó Hb, Ht, trombosit menurun
Ó Asam urat meningkat, kultur darah positif
2.      Tes urin
Ó Urinalisis
Ó Elektrolit urin, osmolalitas dan berat jenis
Ó Urin 24 jam
3.      EKG
4.      Rontgen dada
5.      Biopsi Ginjal

F.     PENATALAKSANAAN
1.      Stabilkan keseimbangan cairan dan elektrolit
2.      Dukung fungsi kardiovaskuler
3.      Cegah infeksi
4.      Tingkatkan status nutrisi
5.       Kendalikan perdarahan dan anemia
6.      Lakukan dialisis
7.      Transplantasi ginjal

G.    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GGK

1.     PENGKAJIAN
a.      Kaji adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan ( edema, kulit tegang dan mengilat, asupan lebih besar daripada keluaran dan berat badan bertambah )
b.      Kaji adanya tanda dan gejala penurunan curah jantung, kekurangan olume cairan dan pola nafas tak efektif
c.      Kaji adanya tanda dan gejala masalah masalah kolaboratif potensial berikut ini : syok,infeksi, kelebihn cairan, hipertensi, gagal jantung, edema pulmonal, ketidakseimbangan elektrolit, koma, kejang
d.     Kaji adanya tanda dan gejala infeksi
e.      Kaji pertumbuhan dan perkembangan biopsikososial dan spiritual anak
f.       Kaji tingkat aktivitas dan respon koping anak
g.      Kaji kemampuan keluarga untuk penatalaksanaan dan melakukan koping terhadap perawatan jangka panjang dan kebutuhan anak mereka.

2.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.      Kelebihan volume cairan
b.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan
c.      Perubahan pola eliminasi urin
d.     Penurunan curah jantung
e.      Pola nafas tidak efektif
f.       Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
g.      Resiko tinggi cidera
h.      Resiko tinggi infeksi
i.        Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
j.        Gangguan eliminasi alvi
k.      Resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif
l.        Resiko tinggi perubahan proses keluarga
m.    Resiko tinggi perubahan tumbang

3.     INTERVENSI KEPERAWATAN
DX
NOC
NIC
Perubahan pola defeksi : konstipasi b/d proses peradangan pada dinding usus halus,

NOC: 
v  Bowel elimination
v  Hydration
Kriteria Hasil :
v  Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari
v  Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
v  Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi

NIC: Constipation/ Impaction Management
§  Monitor tanda dan gejala konstipasi
§  Monior bising usus
§  Monitor feses: frekuensi, konsistensi dan volume
§  Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan bising usus
§  Mitor tanda dan gejala ruptur  usus/peritonitis
§  Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien
§  Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi
§  Dukung intake cairan
§  Kolaborasikan pemberian laksatif
Kerusakan integritas kulit b/d penurunan imunitas
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
v  Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
v  Tidak ada luka/lesi pada kulit
v  Perfusi jaringan baik
v  Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang
v  Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
NIC : Pressure Management
  • Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
  • Hindari kerutan padaa tempat tidur
  • Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
  • Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
  • Monitor kulit akan adanya kemerahan
  • Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
  • Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
  • Monitor status nutrisi pasien

DAFTAR PUSTAKA


  1. Nanny.S,(2001).Intisari online.Disiplin Ketat Penderita Gagal Ginjal. www. Indomedia.com/intisari/2001/juni/Terapi_601.htm.
  2. Horne M.M, Swearingen P L,(2000).Keseimbangan Cairan,Elektrolit Dan Asam Basa. Jakarta : EGC
  3. Wong and whaley. (1996). Clinical Manual of Pediatric Nursing