BAB
I
PENDAHULUAN
Menurut
PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) di Makassar, fenomena yang terjadi
saat ini menyangkut perawat yaitu seringkali terjadi ketidakseimbangan insentif
atau reward antara kelompok dokter, perawat dan yang setara dengan perawat,
tenaga administrasi serta tingkatan manajer rumah sakit sehingga menyebabkan
terjadinya konflik. Konflik yang berkepanjangan
menyebabkan menurunnya komitmen karyawan terhadap organisasi, khususnya
perawat. Dengan menurunnya komitmen tersebut, maka kinerja perawat pun menjadi
menurun atau kurang. Perawat dalam menjalankan profesinya sangat rawan
terhadap stres, kondisi ini dipicu karena adanya tuntutan dari pihak organisasi
dan interaksinya dengan pekerjaan yang sering mendatangkan konflik atas apa
yang dilakukan. Beban kerja yang sering dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2002)
adalah bersifat fisik seperti mengangkat pasien, mendorong peralatan kesehatan,
merapikan tempat tidur pasien, mendorong brankart dan yang bersifat mental
yaitu kompleksitas pekerjaan misalnya keterampilan, tanggung jawab terhadap
kesembuhan, mengurus keluarga serta harus menjalinkomunikasi dengan pasien. Menurut Marquis dan Houston (1998,
dalam Nursalam, 2007), konflik sebagai masalah internal dan eksternal yang
terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan
dari dua orang atau lebih. Konflik sering terjadi pada setiap tatanan
keperawatan.
Konflik
terjadi dalam setiap hubungan, termasuk perawat di tempat kerja. Prevalensi
konflik di tempat kerja secara statistik menunjukkan bahwa 24-60% waktu dari
manajemen dihabiskan terkait dengan konflik. Peran kepemimpinan dalam konflik
merupakan elemen penting. Kemampuan mereka akan mempengaruhi strategi mereka
dalam konflik dan meningkatkan staf untuk bekerja sama secara efektif sehingga
dapat terwujud pelayanan keperawatan yang bermutu. Hasil survey awal Danur Azissah
menunjukkan bahwa dari 9 orang perawat terdapat 6 orang perawat yang mengalami
stres kerja seperti mudah marah, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil,
sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat dan kesulitan dalam
masalah tidur, serta ada dua orang yang sering
tidak masuk kerja. Di samping itu stress kerja perawat disebabkan
konflik antara perawat dan tenaga kesehatan lain maupun dengan pasien. Bentuk
konflik yang sering terjadi adalah
masalah pembagian tugas dan insentif yang tidak jelas dan tidak merata,
sering tidak bertanggung jawab terhadap tugas serta menyalahkan rekan kerja
yang lain. Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar (78,3%) responden
mengatakan manajemen konflik kurang baik. Dari 18 orang
responden yang mengatakan manajemen konflik kurang baik, ada 10 orang (55,6%)
responden mengalami stres kerja, sedangkan dari 5 orang responden yang
mengatakan manajemen konflik kurang baik, ada 1 orang (20%) responden mengalami
stres kerja.
Setiap organisasi dimana di dalamnya terjadi interaksi antara satu dengan
lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi layanan
kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf,
staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter,
maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu
terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia,
termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan
juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut
sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan
mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan
dapat menurunkan produktivitas kerja komunitas secara tidak langsung dengan
melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu
komunitas, kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu
perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan
ketat, perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian
individu ( Swanburg, 1993).
Sebagai
manajer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap tatanan nyata asuhan
keperawtan. Oleh karena itu, manajer harus mempunyai dua asumsi dasar tentang
konflik. Asumsi dasar yang pertama adalah konflik adalah hal yang tidak dapat
dihindari dalam suatu organisasi. Asumsi yang kedua adalah jika konflik dapat
dikelola dengan baik, maka dapat menghasilkan suatu penyelesaian yang kreatif
dan berkualitas, sehingga berdampak terhadap peningkatan dan pengembangan
produksi. Disini peran manajer sangat penting dalam mengelola konflik. Manajer
berusaha menggunakan konflik yang konstruktif
dalam menciptkan lingkungan yang produktif. Jika konflik mengarah ke
suatu yang menghambat, maka manajer harus mengidentifikasikan sejak awal dan
secara aktif melakukan intervensi supaya
tidak berefek pada produktifitas dan motivasi kerja (Nursalam, 2011).
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Negosiasi
Menurut Marquis dan Huston (1998), negosiasi pada umumnya
sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga dapat diartikan sebagai
suatu pendekatan kompetitif. Negosiasi sering dirancang sebagai suatu
pendekatan kompromi jika digunakan sebagai strategi menyelesaikan konflik.
Selama negosiasi berlangsung berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih
menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya (Nursalam,
2011).
Menurut Smeltzer (1991) mengidentifikasikan dua tipe dasar
negosiasi, yakni kooperatif (setiap orang menang) dan kompetitif (hanya satu
orang yang menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah salah
satu atau kedua belah pihak menghendaki adanya perubahan hubungan yang
berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak
menghendaki perbaikan hubungan maka akan timbul tipe kooperatif. Tapi jika
salah satunya maka akan timbul kompetitif.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer
setuju untuk memulai proses negosiasi, yaitu: masalah harus dinegosiasikan,
negosiator harus tertarik pada “take and
give” selama proses negosiasi dan mereka harus saling percaya (Nursalam,
2011).
Negosiasi adalah komunikasi dua arah
yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki
kepentingan yang berbeda.
Proses interaksi dan komunikasi yang
dinamis dan beraneka ragam, mengandung seni dan penuh rahasia, untuk mencapai
suatu tujuan yang dianggap menguntungkan para pihak
B.
Tujuan
Negosiasi
Ada
beberapa tujuan dari sebuah negosiasi dalam bisnis, yaitu antara lain :
- Untuk mendapatkan atau mencapai kata sepakat yang mengandung kesamaan persepsi, saling pengertian dan persetujuan.
- Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi penyelesaian atau jalan keluar dari masalah yang dihadapi bersama.
- Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi saling menguntungkan dimana masing-masing pihak merasa menang (win-win solution).
C.
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan
negosiasi
1.
Mengumpulkan
informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Karena pengetahuan adalah
kekeuatan, semakin banyak informasi yang didapat, maka semakin besar
kemungkinan untuk menawarkan negosiasi.
2.
Dimana
manajer harus memulai. Karena tugas manajer adalah melakukan kompromi, maka
mereka harus memilih tujuan utama. Tujuan tersebut sebagaik masukan dari
tingkat bawah.
3.
Memilih
alternatif yang terbaik terhadap sarana
dan prasarana. Efesiensi dan efektivitas penggunaan waktu, anggaran dan pegawai
yang terlibat perlu juga diperhatikan oleh manajer.
4.
Mempunyai
agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah agenda negosiasi alternatif
yang akan ditawarkan jika negosiasi tidak dapat disepakati (Nursalam, 2011).
D.
Beberapa strategi dan cara yang
perlu dilakukan dalam menciptakan kondisi persuasif, asertif, dan komunikasi
terbuka selama proses negosiasi berjalan menurut Smeltzer (1991).
1.
Pilih
fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2.
Dengarkan
dengan saksama, dan perhatikan respon nonverbal yang tampak.
3.
Berpikir
positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi yang
disampaikan.
4.
Upayakan
untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara anda. Konsentrasi
dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan.
5.
Selalu
diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi pada
saat negosiasi.
6.
Hindari
menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
7.
Jujur.
8.
Usahakan
bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian terbaik.
9.
Jangan
langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir dan mintalah
waktu untuk menjawabnya.
10.
Jika
kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung,
istirahatlah sebentar.
11.
Dengarkan
dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu anda pahami.
12.
Bersabarlah
(Nursalam, 2011).
E.
Kunci Sukses Dalam Negosiasi
1. Lakukan
a. Jelaskan tujuan negosiasi, bukan
posisinya. Pastikan bahwa anda mengetahui keinginan orang lain.
b. Perlakukan orang lain sebgai teman
dalam menyelesaikan masalah, bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada bukan
orangnya.
c. Ingat, bahwa setiap orang
menginginkan/mengharapkan penyelesaian yang diterima, jika anda dapat
menyajikan sesuatu dengan baik dan menarik.
d. Dengarkan baik-baik apa yang
dikatakan dan apa yang tidak. Perhatikan gerakan tubuhnya.
e. Lakukan sesuatu yang sederhana,
tidak berbelit-belit.
f. Antisipasi penolakan.
g. Tahu apa yang anda berikan.
h. Tunjukan beberapa alternatif
pilihan.
i.
Tunjukan
keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap pendapat anda.
j.
Bersikap
asertif, bukan agresif.
k. Hati-hati, anda mempunyai sesuatu
kekuasaan untuk memutuskan.
l.
Pergunakan
gerakan tubuh, jika anda menyetujui dan tidak terhadap suatu pendapat.
m. Konsisten terhadap apa yang anda
anggap benar (Nursalam, 2011).
2. Hindari
a) Sikap yang tidak baik, seperti
sinis, kasar, dan menyepelekan.
b) Trik yang tidak baik, seperti
manipulasi.
c) Distorsi.
d) Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
e) Tidak berurutan.
f) Membuat hanya satu pilihan.
g) Memaksakan kehendak.
h) Berusaha menekan pada satu pendapat
(Nursalam, 2011).
BAB
III
KESIMPULAN
Menurut Marquis dan Huston (1998), negosiasi pada umumnya
sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga dapat diartikan sebagai
suatu pendekatan kompetitif. Negosiasi sering dirancang sebagai suatu
pendekatan kompromi jika digunakan sebagai strategi menyelesaikan konflik.
Selama negosiasi berlangsung berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih
menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya (Nursalam,
2011).
DAFTAR
PUSTAKA
Nursalam.
2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
http://www.galeripustaka.com/2013/03/pengertian-tujuan-dan-manfaat-negosiasi.html