Kesehatan
jantung berawal dari pola makan. Pola makan dibentuk dari rumah dan terbawa
pada kehidupan sehari-hari.
Pada 2014, WHO menyatakan bahwa
penyakit jantung merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Badan kesehatan dunia
ini mencatat 17.5 juta orang meninggal akibat penyakit jantung atau pola makan.
Angka setinggi ini tidak pernah terjadi di tahun 1950 - 1960an. Di jaman itu,
jarang sekali orang menyantap makanan “setengah jadi” atau “cepat saji” yang
diproses secara industrial. Umumnya, makanan yang dikonsumsi berasal dari
rumah.
Sekarang
dengan alasan kesibukan, waktu, dan kepraktisan hampir setiap orang mengonsumsi
makanan “proses”. Bahkan, tak sedikit ibu rumah tangga – yang berpendidikan
tinggi – membekali anak-anak ke sekolah dengan makanan “proses”. Padahal makanan
jenis ini penuh dengan aneka bahan buatan – pengawet, pewarna, penambah rasa –
yang jika dikonsumsi secara berkala dalam waktu yang lama memiliki efek buruk
bagi tubuh. Makanan proses hanya enak dan kaya akan kalori. Miskin serat,
vitamin, dan mineral.
Penelitian
terhadap 31.456 penderita jantung, stroke, dan diabetes tipe 2 selama lima
tahun membuktikan bahwa pola makan yang baik membuat mereka nyaris bebas dari
penyakit tersebut. Menurut Walter Willet, MD. pimpinan bidang nutrisi di
Harvard School of Public Health mengatakan obat paling manjur adalah pola makan
yang sehat. “Apa yang dapat disembuhkan oleh obat, dapat pula disembuhkan oleh
makanan, dan itu semua dimulai dari rumah”
Sedemikian
pentingnya pola makan sehat sehingga British Medical Journal menerbitkan
tulisan yang menganjurkan dokter untuk mengobati penderita jantung pemula
dengan mengatur pola makan mereka. Dianggap lebih tepat, aman, dan lezat
(dibanding obat). Tulisan ini pun menganjurkan agar dokter mengatur pola makan
penderita jantung ringan dengan memberi dosis anggur merah (red wine), ikan,
coklat hitam (dark chocolate), bawang putih, almond, aneka buah dan sayuran
dengan takaran tepat. Sesuai dengan konsep Hippocrates 2000 tahun lalu, seorang
ahli fisika dan figur medis Yunani Kuno yang berpendapat, “Biarlah makananmu
menjadi obatmu, dan jangan biarkan obatmu menjadi makananmu..’
sumber: http://www.inaheart.or.id/artikel






0 comments:
Post a Comment