Saturday, 1 August 2015

makalah perkembangan psikologis pada lansia



BAB I

PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

       Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastis dan ahli demografi memperhitung peningkatan populasi lansia sehat terus meningkat sampai abad selanjutnya. Professional kesehatan lebih banyak melungkan waktu dengan lansia dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan kontemporer mas kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokjus pada peningkatan harapan dan kualitas hidup ( Stanhope dan Lanscaster, 1992).
       Seiring tahap kehidupan lain, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. Hal ini dideskripsikan oleh Burnside (1979), Duvall (1977), dan Havighurst (1953) dan meliputi tujuh kategori utama.
1.      Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan atau penetapan pendapatan.
2.      Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
3.      Menerima diri sendiri sebagai individu lansia.
4.      Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
5.      Menemukan cara unutk mempertahankan kualitas hidup
      Tugas perkembangan ini umum ditemukan pada lansia. Akan tetapi, cara lansia menyesuaikan perubahan penuaan ini bergantung pada individu sendiri.  

1.2              Rumusan Masalah

       Berdasarkan judul makalah di atasa penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaiman kondisi perkembangan psikologis pada lansia ?
















BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Kondisi Psikologis Pada Lansi
       Terdapat beberapa teori tentang kondisi psikologis Usia Lanjut. Teori tersebut anatara lain :
1.      Teori Psikologis
       Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia merupakan suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk melepaskan diri Dari masyarakat.
2.      Teori Aktivitas
       Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnnya dengan melakukan aktivitas lainnya sebagai konpensasi dan penyesuaian.
       Menurut teori ini, peran yang disandang oleh lanjut usia adalah sumber kepuasan yang besar, semakin besar mereka kehilangan peran setelah masa pensiun, menjanda, jauh dari anak-anak, atau imfirmitas, maka semakin merasa tidak puaslah mereka. Orang yang tumbuh menjadi tua akan mempertahankan aktivitasnya sebanyak mungkin dan menemukan pengganti bagi perannya yang sudah hilang.
2.2 Teori Perkembangan Psikososial pada Lanjut Usia
       Mas ini dimulai sekitar usia 60 tahun, ketika seorang mulai meninggalkan masa-masa aktif di masyarakat dan bersiap untuk hidup menyendiri. Sangat berbeda dengan rata-rata orang ketakutan dengan datangnnya usia tua. Menurut Erikson, masa ini mungkin masa yang paling penting, karena ini adalah masa akhir di mana kita harus bersiap untuk meninggalkan dunia ini. Orang-orang yang putus asa pada masa usia lanjut ini ditandai dengan meluapnya rasa jijik pada dir mereka sendiri, terhadap kegagalan mereka, cara mereka menyia-nyiakan hidup. Orang ini sering kali penuh amarah pada mereka yang juga gagal, menganggap itu hasil kebodohan oarng-orang itu sendiri. Namun juga amarah dan iri pada yang berhasil. Mereka merasa putus asa sebab masa-masa ini memang penuh dengan hal-hal yang membuat kita bias sengsara secara emosional, fisik yang makin melemah membuat banyak lansia makin tergantung pada orang lain. Celakanya ketergantungan ini dibarengi oleh kurangnnya kemampuan mencari uang dan menurunyya manfaat bagi orang lain. Wanita mengalami hal khusus dengan datangnnya menopause, dan banyak yang melihat datangnya menopause sebagai masa pintu gerbang masa menuju masa tua yang dipenuhi oleh penyakit-penyakit seperti kanker payudara, kanker rahim dan osteoporosis. Lelaki yang hidup dari respek orang sekeliling sebagai pencari uang kini hilang kemampuan cari uangnya pada keinginan kanker rahim dan osteoporosis. Lelaki yang hidup dari respek oarng sekeliling sebagai pencari uang kini hilang kemampuan cari uangnya padahal keinginan direspek makin besar dan mengebu-gebu. Lalu, teman dan saudara mulai menghilang, ada yang mati, ada yang pindah diboyong keluarganya ke tempat lain dan ada yang levelnya sudah ganti ( jadi jauh lebih kaya atau jauh lebih miskin) sehingga tidak bias berteman lagi. Yang paling berat memori  dan Regret. sangat jarang ada orang tua yan tidak menyesali masa lalunya, masa di mana kenangan ini adalah bahwa mereka tidak punya kesempatan untuk memperbaiki sehingga ada penyesalan tetapi tidak ada pengobatan. Mereka yang berhasil mengembangkan Ego Intergrity, masih memiliki penyesalan tetapi mereka telah berdamai di masa lalu, menerima bahwa ada hal yang bisa mereka lakukan sebaik mungkin, dilihat dari konteks saat itu, dan mereka siap apabila harus mati. Kalau mereka yang Despair atau putus asa ini memiliki rasa Disdain atau jijik pada hidupnya, mereka yang menjalai fase ini dengan tenang dan tanpa penyesalan bila harus mati memiliki Wisdom atau kebijaksanaan. Makin bijak orang tua, makin baik manfaatnya bagi seluruh keluarganya karena dai bisa menerima bila mereka kalah sekali waktu dan menang sekali waktu. Mereka yang putus asa agak lain, dia ingin keluarganya berhasil supaya tidak seperti dia. Tetapi caranya cenderung memaksa, memarahi, dan menyesali sehingga membuat orang-orang didekatnya kebingungan melayaninya karena salah terus.
2.3 Aspek Psikologis Akibat Lanjut Usia
       Aspek psikologis pada lansia tidak dapat berlangsung tampak. Salah satu pengertuian yang umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan kecerdasan metal yang kurang.
       Penelitian tentang kemampuan aspek kognitif dan kemampuan memori pada lansia dalam kelompok dan kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, ternyata tidak mendukung gambaran di atas. Benar adanya bahwa banyak lansia mepunyai cara berbeda dalam memecahkan masalah, bahkan dapat melakukannya dengan baik walaupun kondisinya menurun. Akan tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran mental yang substansial tau luas.
Adapun factor psikologis yang menyertai lansia anatara lain:
a.       Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
b.      Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oelh tradisi dan budaya.
c.       Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehiddupannya.
d.      Pasangan hidup telah meninggal.
e.       Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya, misalnya cemas, depresi, dan pikun.
Perubahan Aspek Psikososial
       Pada umumnya, setelah orang memasuki lansia maka ia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaki lansia menjadi makin lambat. Kebanyakan trauma dan emosi pada masa lansia muncul akibat kesalahan konsep karena lansia memiliki kerusakan kognitif. Akan tetapi, perubahan struktur dan fisiologis yang terjadi dalam otak selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan adaftif dan fungsi secara nyata (Ebersole dan Hess, 1994). Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Isolasi Sosial. Banyak lansia mengalami isolasi social, yang meningkat sesuai dengan usia. Tipe isolasi social yaitu sikap, penampilan, perilaku dan geografi. Beberapa lansia mungkin dipengaruhi oleh keempata tipe tersebut; lansia yang lain hanya dipengaruhi oleh satu tipe (Ebersole dan Hess, 1990).
       Isolasi Sikap teradi karena nilai pribadi atau budaya. Lansiaisme adalah sikap yang berlaku yang menstigmatisasi lansia. Suatu bias yang menentang dan menolak lansia. Karena itu isolasi social sikap terjadi ketika lansia tidak secara mudah diterima dalam interaksi social karena bias masyarakat. Lingkaran setan mungkin terjadi. Seiring lansia semakin ditolak, harga diri pun berkurang, sehingga usaha bersosialisasi berkurang.
       Isolasi penampilan diakibatkan oleh penampilan yang tidak dapat diterima atau factor lain yang termasuk dalam menampilkan diri sendiri pada orang lain. Factor kontribusi lain adalah citra tubuh, hygiene, tanda penyakit yang terlihat dan kehilangan fungsi (Ebersole dan Hess, 1990). Seseorang diisolasi karena penolakan oleh orang lain atau karena sedikit interaksi yang dapat dilakukan akibat kesadaran diri.
       Isolasi perilaku diakibatkan oleh perilaku yang tidak dapat diterima pada semua kelompok usia dan terutama pada lansia, perilaku yang tidak diterima secara social menyebabkan seseorang menarik diri.perilaku yang biasanya dikaitkan denagn pengisolasian pada lansia meliputi konfusi, dimensia, alkoholisme, eksentrisitas dan inkontinensia. Perawat dapat menggunakan teknik modifikasi perilaku untuk membantu menurunkan frekuensi perilaku tersebut pada lansia (Ebersole dan Hess, 1990).
       Isolasi georafis terjadi karena jauh dari keluarga, kejahatan di kota, dan barier institusi. Dalam masyarakat kini yang suka berpindah, umumnya anak hidup sangat jauh dari orang tuanya. Sehingga kesempatan untuk mengunjungi anak-anaknya berkurang. Hal ini menyebabkan isolasi lebih lanjut jika orang tua yang mepunyai keterbatasan fisik atau mengalami kematian pasangannya.
Perubahan aspek psikososial ini meliputi:
1.      Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan.
       Pada umumnya perubahn ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya karena karena pensiun sering diartikan sebagai hilangnya penghasilan, kedudukan, jabatan, peran kegiatan, status, dan harga diri. Reaksi setelah oarng memasuki masa pensiun lebih tergantung dari tipe kepribadiannya.
2.      Perubahan dalam peran social di masyarakat
       Akibat berkurangnya fungsi indra pendengaran, penglihatan, gerak fisik, maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya, badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur, sehingga sering terjadi keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila bertemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
       Dengan adanya penurunan fungsi kognitif dan psikomotor tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan tipe kepribadian lansia.
Kepribadian, Intelegensia dan Sikap
       Menurut Cockburn dan Smith, meskipun sulit untuk mendefinisikan dan mengukur kepribadian, namun upaya ini tetap dilakukan untuk mengubah sedikit pemikiran tentang lansia. Walaupun mengalami kontroversi, tes intelegensia denganjelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lensia. Hal ini tidak diungkapkan secara segnifikan dan bahkan mungkin tidak berpengaruh secara nyata terhadap kehidupan lansia. Sikapnya tentu berbeda dengan sering bertentangan dengan sikap generasi yang lebih muda. Semua kelompok lansia sering sulit untuk berubah. Satu hal pada lansai yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu sikap mereka terhadap kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas kematian. Hal ini mungkin merupakan suatu gambaran adaptif pada penuaan.
       Tipe kepribadian lansia berbededa-beda menurut kepribadiannya masing-masing. Beberapa tipe kepribadian lansia, antara lain :
1.      Tipe konstruktif ( Construktive Personality).
       Pada masa lanisa, tipe kepribadian ini biasanya tidak banyak mengalami gejolak, tenang, dan mantap sampai tua, karena lansia dengan tipe kepribadian ini dapat menerima kenyataan, sehingga pada saat memasuki usia pensiun ia dapat menerima dengan sukarela dan tidak menjadikannnya sebagai suatu masalah, karena itu pos power syndrome juga tidak dialami. Pada umumnya karena orang-orang dengan tipe kepribadian semacam ini sangat produktif dan selalu aktif, walaupun mereka sudah pensiun akan banyak yang menawari pekerjaan sehingga mereka tetap aktif bekerja di bidang lain ataupun di temapt lain. Itulah gambaran tipe kepribadian konstruktif yang sangat ideal, sehingga mantap sampai lansia dan tetap eksis di hari tua.
2.      Tipe Kperibadian Mandiri ( Independent Personality)
       Tipe kepribadian ini ada kecendrungan mengalami pos power syndrome  apalagi jika pada masa lansia ini diisi dengan kegiatan yang dapat meberikan otonomi pada dirinya. Karena pada lansia dengan tipe kepribadian ini seolah-olah pada dirinya memiliki prinsip “jangan menyusahkan orang lain”, tetapi menolong orang lain itu penting. Tipe kepribadian ini pada saat memasuki masa pensiun dan masa lansia, disinilah mulai timbul gejolak, timbul perasaan khawatir kehilangan anak buah, teman, kelompok, jabatan, status, dan kedudukan sehingga cenderung ia menunda untuk pensiun atau takut menghadapi kenyataan. Termasuk dalam kelompok kepribadian tipe ini adalah mereka yang sering mengalami post power syndrome, setelah menjalani masa pensiun. Adapun tipe ini yang selamat dari syndrome,  adalah mereka yang biasanya telah menyiapkan diri untuk memiliki pekerjaan baru sebelum pensiun, misalnya wiraswasta atau punya kanotr sendiri atau praktik pribadi sesuai dengan profesinya masing-masing dan umumnya tidak tertarik lagi bekerja di suatu lembaga baru kecuali diserahi penuh sebagai pimpinan.
3.      Tipe kepribadian Tergantung (Dependent Personality)
       Tipe kepribadian ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggal akan merana apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. Pada tipe kepribadian tergantung ini ditandai dengan perilaku yang pasif dan dapat menikmati hari tuanya. Masalah akan timbul jika pasangan hidupnya meninggal dunia. Kejadian ini sering kali mengakibatkan mereka menjadi merana dan kadang-kadang juga cepat menyusul, karena kehilangan pasangan merupakan beban yang amat berat sehingga megalami stress yang berat dan sangat menderita.
4.      Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility Personality)
       Tipe kepribadian bermusuhan adalah model kepribadian yang tidak disenangi orang, karena perilakunya cenderung sewenang-wenang, galak, kejam, agresif, semaunya sendiri, dan sebagainya. Tipe kepribadian bermusuhan ini juga takut menghadapi masa  tua, sehingga mereka berusaha minum segala jenis jamu atau obat agar terlihat tetap awet muda, mereka juga takut kehilangan power, takut pensiun dan paling takut akan kematian. Biasanya pada masa lansia orang-orang denagn tipe ini terlihat menjadi rakus, tamak, emosional dan tidak puas akan kehidupannya, seolah-olah ingin hidup seribu tahun lagi, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

5.      Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality)
       Tipe kepribadian ini akan menerima dengan rasa berat dalam menghadapi masa pensiun, karena merasa lebih tidak berharga lagi dan tidak terpakai. Pada tipe kepribadian ini umumnya terlihat sengsara karena perilaku sendiri yang sulit dibantu oarng lain atau cenderung membuat susah dirinya. Tipe kepribadian inilah yang sering terlihat pada lansia  yang membuat suami istri tidak akur, sehingga masing-masing mengurusi kebutuhan sendiri-sendiri, tidak saling menegur, dan saling mengacuhkan walaupun hidup dalam satu atap.
Aspek Hubungan Sosial Pada Lansia
       Menurut Lillian Troll, menemukan bahwa lansai yang berhubungan dekat denagn keluarganya mempunyai kecendrungan lebih sedikit untuk stress disbanding lansia yang berhubungan jauh. Terdapat tiga aspek hubungan social pada Lansia. Tiga aspek hubungan social tersebut anatara lain :
a.       Friendship
       Laura Cartensen, menyimpulkan bahwa orang cenderung mencari teman dekat dibandingkan teman baru ketika mereka semakin tua. Penelitian ini membuktikan nahwa lansia perempuan yang tidak memiliki teamn baik kurang puas akan hidupnya dibandigkan yang mempunyai teman baik.
b.      Soaial Support dan Soial Integration
       Menurut penelitian, dukungan social dapat membantu individu untuk mengatasi masalah secara efektif. Dukungan social juga dapat meningkatkan kesehaan fisik dan mental pada lansia. Dukungan social berhubungan dengan pengurangan gejala penyakit dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri akan perawatan kesehatan. Toni Antonucci, menyimpulkan bahwa interaksi social dengan orang yang menyediakan dukungan social memberikan pandangan yang lebih positif mengenai dirinya kepada orang-orang tua tersebut. Dukungan social juga mempengaruihi kesehatan mental dari para orang tua tersebut. Para orang tua yang mengalami depresi memiliki jaringan social yang kecil, megalami masalah dalam berinteraksi dengan anggota dalam jaringan social yang mereka miliki, dan sering mengalami pengalaman kehilangan dalam hidup mereka.
c.       Intergarasi Sosial
       Integrasi social memainkan peranan yang sangat penting pada kedidupan lansia. Kondisi kesepeian dan terisolasi secara social akan menjadi factor yang beresiko bagi kesehatan lansia. Sebuah studi menemukan bahwa dengan menjadu bagian dari jaringan social, hal ini akan berdampak pada lamanya, masa hidup, terutama pada laki-laki.


BAB III
PENUTUP

3.1 Penutup
       Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Mas ini dimulai sekitar usia 60 tahun, ketika seorang mulai meninggalkan masa-masa aktif di masyarakat dan bersiap untuk hidup menyendiri. Pada umumnya, setelah orang memasuki lansia maka ia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaki lansia menjadi makin lambat.










Daftar Pustaka

Adriani, Merryana Dr., S.Km., M.Kes & Prof. DR. Bambang Wirjatmaadi, M.s., MCN., PH.D., SP.GK. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.    Edisi I. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Potter & Perry. 2005. Fundamental of nursing:consepts, process, and practice. Voluem I. Edisi IV. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

0 comments: