Saturday, 1 August 2015

pemfis: dada anterior dan fungsi paru



BAB I

PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). (Raylene M Rospond,2009; Terj D. Lyrawati,2009).
Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan klien.Untuk pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997; Kozier et al., 1995).
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara.Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien.Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.
     

1.2              Rumusan Masalah

       Berdasarkan judul makalah di atasa penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaiman pemeriksaan dada anterior ?
2.      Bagaimana penilaian klinis fungsi paru ?



BAB II

PEMBAHASAN


2.1  Pemeriksaan Dada Anterior
Ketika diperiksa dalam posisi terlentang, pasien harus berbaring dengan nyaman sementara kedua lengannya sedikit diabduksikan.
1.      Inspeksi
Amatilah bentuk dada pasien dan gerakan dinding dada Perhatikan:
1.      Deformitas atau asimetri
2.      Retraksi abnormal ruang sela iga bawah pada saat inspirasi
3.      Tertinggalnya atau terganggunya bagian dada yang bersifat local pada gerakan respirasi.
2.      Palpasi
Palpasi memiliki empat manfaat yang ptensial
1.      Identifikasi daerah-daerah yang nyeri ketika ditekan
2.      Penilaian terhadap abnormalitas yang terlihat
3.      Penilaian lebih lanjut terhadap ekspansi dada
4.      Penilain fremitus taktil
3.      Perkusi
Lakukan perkusi dada bagian anterior dan lateral, dengan sekali lagi membandingkan kedua sisi dada. Jantung dalam keadaan normal akan menghasilkan daerah redup disebelah kiri os sternum dari sela iga ke-3 hingga ke-5. Lakukan perkusi paru kiri disebelah lateral daerah redup ini.
4.      Auskultasi
Dengarkan dada disebalah anterior dan lateral ketika pasien melakukan perrnapasan dengan mulut terbuka yang agak lebih dalam dari pada pernapasan normal. Bandingkan daerah-daerah paru yang simetris, dengan menggunakan pola yang dianjurkan untuk perkusi dan lanjutkan pemeriksaan auskultasi ini kedaerah-daerah disekitarnya. Dengarkan bunyi perrnapasan dengan memperhatikan intensitasnya dan   mengenali setiap variasi dari pernapasan vesicular yang normal. Biasanya bunyi pernapasan lebih keras pada lapang paru anterior atas. Bunyi pernapasan bronkovesikular dapat terdengar pada saluran napas yang besar, kususnya pada sisi sebelah kanan.
Kenali setiap bunyi tambahan, tentukan waktu terdengarnya dalam siklus respiratori, dan tentukan lokasi bunti tersebut pada dinding dada. Jika diperlukan dengarkan bunyi suara yang ditransmisikan.

2.2  Penilain Klinis Fungsi Paru

1.      Auskultasi
Auskultasi paru merupakan teknik pemeriksaan yang paling penting dalam menilai aliran udara melalui percabangan trakeobronkial.
Auskultasi meliputi:
1.      Mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh pernapasan
2.      Mendengarkan setiap bunyi tambahan
3.      Jika terdapat kecurigaan akan abnormalitas, mendengarkan bunyi yang di timbulkan oleh suara atau bisikan pasien ketika suara tersebut ditransmisikan melalui dinding dada.
4.       
a.      Bunyi Napas (Bunyi Paru)
Bunyi napas yang normal adalah:
1.      Vesicular atau pelan dan bernada rendah. Bunyi ini terdengar selama inspirasi, kemudian berlanjut tanpa henti sepanjang ekspirasi, dan ahirnya terdengar semakin samar-samar sekitar sepertiga perjalanan sepanjang ekspirasi.
2.      Bronchovesikular dengan bunyi inspirasi dan ekspirasi yang lebih-kurang sama panjangnya dan terkadang dipisahkan oleh interfal yang sunyi(tanpa suara). Perbedaan nada dan intensitas sering lebih mudah terdekteksi pada saat ekspirasi.
3.      Bronchial atau bunyi yang keras dan bernada lebih tinggi dengan interval tanpa suara yang singkat diantara bunyi inspirasi dan ekspirasi. Bunyi ekspirasi berlangsung lebih lama dari pada bunyi inspirasi.
Berikut adalah beberapa bunyi tambahan pada paru-paru :
1.      Krekels : di dengar terutama saat inspirasi, bisa didengarkan pada paru bagian bawah. Di bedakan menjadi berikut ini :
2.      Halus : Terdengar kering, nadanya tinggi, durasinya pendek. Suara terdengar seperti rambut yang di tarik di antara dua jari.
3.      Kasar : Terdengar  basa, nadanya rendah, duarsinya lebih lama. Suaranya terdengar seperti air yang baru keluar dari wadah setelah sumbatannya lepas.

a.       Ronchi ; Terutama terdengar saat inspirasi diatas trakea dan  bronkus secara terus menerus, nadanya rendah, terdengar seperti suara musik.
b.      Mengi (wheezing) : terdengar terutama saat ekspirasi disemua lapang paru (bisa bernada rendah atau tinggi).
c.       Pleural friction rub: terdengar saat inspirasi atau ekspirasi pada paru-paru bagian anterior sebagai suara gesekan yang sangat kasar.
d.      Stridor: terdengar secara terus menerus pada fase inspirasi seperti suara kerokan yang kasar.
b.      Karakteristik bunyi napas

Lamanya bunyi
Intensitas bunyi ekspirasi
Nada bunyi ekspirasi
Lokasi bunyi terdengaar secara normal
Vesicular*
Bunyi inspirasi berlangsung lebih lama dari pada bunyi ekspirasi
pelan
Relative rendah
Hamper diseluruh kedua lapang paru
bronkovesikular
Lama berlangsungnya bunyi inspirasi dan ekspirasi lebih kurang sama
sedang
sedang
Sering pada ruang sela iga pertama dan kedua disebelah anterior dan pada daerah interskapular
bronkial
Bunyi ekspirasi berlangsung lebih lama dari pada bunyi inspirasi
keras
Relative tinggi
Pada daerah manubrium jika benar-benar terdengar
trakeal
Lama berlangsungnya bunyi inspirasi dan ekspirasi lebih kurang sama.
Sangat keras
Relative tinggi
Di daerah trakea pada leher

c.       Bunyi Tambahan (Adventitious Sounds)
Pendeteksian bunyi tambahan-cracles (yang terkadang disebut rales), mengi dan rhonchi-mrupakan bagian penting pada pemeriksaan karena bunyi tambahan ini sering mengghasilkan diagnosis kelainan jantung dan paru.
d.      Jenis-Jenis Bunyi Tambahan Yang Paling Sering Ditemukan
1.      Bunyi diskontinu (crecles atau rales)
Merupakan bunyi yang intermiten (terputus-putus),nonmusical dan singkat-sepertititik-titik disepanjang waktu crakles halus merupakan bunyi yang pelan, bernada tinggi dan sangat singkat (5-10 mdet).
Crakles kasar merupakan bunyi yang lebih keras bernada lebih rendah dan terdengr lebih lama (20-30 mdet)
2.      Bunyi kontinu
Terdengar selama >250 mdet, terutama lebih lama dari pada crakles-mirip garis-garis pendek disepanjang waktu – tetapi tidak selalu bertahan diseluruh siklus respirasi. Berbeda dengan crakles, bunyi ini bersifat musical.
Mengi merupakan bunyi mengi yang relative bernada tinggi(sekitar 400Hz atau lebih) dan memiliki sifat seperti bunyi peluit atau bunyi bergetar.
Ronchi merupakan bunyi yang relative bernada rendah (sekitar 200 Hz atau kurang) dan memiliki sifat seperti bunyi dengkuran.
3.      Bunyi suara yang ditransmisikan.
Jika terdengar bunyi pernapasan bronkovesikular atau bronchial yang  lokasinya abnormal , lanjutkan pemeriksaan untuk menilai bunyi suara yang ditransmisikan.



      
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Pemeriksaan Dada Anterior dengan cara Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi. Sedangkan penilaian klinis fungsi paru yaitu dengan cara aukultasi Auskultasi paru merupakan teknik pemeriksaan yang paling penting dalam menilai aliran udara melalui percabangan trakeobronkial.
Auskultasi meliputi:
5.      Mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh pernapasan
6.      Mendengarkan setiap bunyi tambahan
7.      Jika terdapat kecurigaan akan abnormalitas, mendengarkan bunyi yang di timbulkan oleh suara atau bisikan pasien ketika suara tersebut ditransmisikan melalui dinding dada.









Daftar Pustaka

Agustinus, Andy Santosa. 1951. Pemeriksaan Fisik Physical Assessment. Jakarta: Akademi Keperawatan st. Carolus.
Bickley, Lynn S. 2009. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC Kedokteran.
Debora, Oda. 2012. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

0 comments: