BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksan fisik adalah
pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim
atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi),
mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). (Raylene M Rospond,2009; Terj
D. Lyrawati,2009).
Pemeriksaan fisik
adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan memakai indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah
kesehatan klien.Untuk pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle, 2000; Potter &
Perry, 1997; Kozier et al., 1995).
Pemeriksaan fisik dalam
keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan
klien.Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara.Fokus
pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien.Misalnya ,
klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah
gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau
tidak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan judul makalah di atasa
penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaiman pemeriksaan dada anterior ?
2.
Bagaimana penilaian klinis fungsi paru ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan Dada Anterior
Ketika diperiksa
dalam posisi terlentang, pasien harus berbaring dengan nyaman sementara kedua
lengannya sedikit diabduksikan.
1. Inspeksi
Amatilah bentuk
dada pasien dan gerakan dinding dada Perhatikan:
1.
Deformitas atau asimetri
2.
Retraksi abnormal ruang sela iga bawah
pada saat inspirasi
3.
Tertinggalnya atau terganggunya bagian
dada yang bersifat local pada gerakan respirasi.
2. Palpasi
Palpasi memiliki
empat manfaat yang ptensial
1.
Identifikasi daerah-daerah yang nyeri
ketika ditekan
2.
Penilaian terhadap abnormalitas yang
terlihat
3.
Penilaian lebih lanjut terhadap ekspansi
dada
4.
Penilain fremitus taktil
3. Perkusi
Lakukan perkusi
dada bagian anterior dan lateral, dengan sekali lagi membandingkan kedua sisi
dada. Jantung dalam keadaan normal akan menghasilkan daerah redup disebelah
kiri os sternum dari sela iga ke-3 hingga ke-5. Lakukan perkusi paru kiri
disebelah lateral daerah redup ini.
4. Auskultasi
Dengarkan dada
disebalah anterior dan lateral ketika pasien melakukan perrnapasan dengan mulut
terbuka yang agak lebih dalam dari pada pernapasan normal. Bandingkan
daerah-daerah paru yang simetris, dengan menggunakan pola yang dianjurkan untuk
perkusi dan lanjutkan pemeriksaan auskultasi ini kedaerah-daerah disekitarnya.
Dengarkan bunyi perrnapasan dengan memperhatikan intensitasnya dan
mengenali setiap variasi dari pernapasan vesicular yang normal.
Biasanya bunyi pernapasan lebih keras pada lapang paru anterior atas. Bunyi
pernapasan bronkovesikular dapat terdengar pada saluran napas yang besar,
kususnya pada sisi sebelah kanan.
Kenali setiap
bunyi tambahan, tentukan waktu terdengarnya dalam siklus respiratori, dan
tentukan lokasi bunti tersebut pada dinding dada. Jika diperlukan dengarkan
bunyi suara yang ditransmisikan.
2.2 Penilain Klinis Fungsi Paru
1. Auskultasi
Auskultasi paru
merupakan teknik pemeriksaan yang paling penting dalam menilai aliran udara
melalui percabangan trakeobronkial.
Auskultasi meliputi:
1.
Mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh
pernapasan
2.
Mendengarkan setiap bunyi tambahan
3.
Jika terdapat kecurigaan akan
abnormalitas, mendengarkan bunyi yang di timbulkan oleh suara atau bisikan
pasien ketika suara tersebut ditransmisikan melalui dinding dada.
4.
a. Bunyi
Napas (Bunyi Paru)
Bunyi napas yang
normal adalah:
1.
Vesicular atau pelan dan bernada rendah.
Bunyi ini terdengar selama inspirasi, kemudian berlanjut tanpa henti sepanjang
ekspirasi, dan ahirnya terdengar semakin samar-samar sekitar sepertiga
perjalanan sepanjang ekspirasi.
2.
Bronchovesikular dengan bunyi inspirasi
dan ekspirasi yang lebih-kurang sama panjangnya dan terkadang dipisahkan oleh
interfal yang sunyi(tanpa suara). Perbedaan nada dan intensitas sering lebih
mudah terdekteksi pada saat ekspirasi.
3.
Bronchial atau bunyi yang keras dan
bernada lebih tinggi dengan interval tanpa suara yang singkat diantara bunyi
inspirasi dan ekspirasi. Bunyi ekspirasi berlangsung lebih lama dari pada bunyi
inspirasi.
Berikut adalah beberapa bunyi
tambahan pada paru-paru :
1.
Krekels : di dengar terutama saat
inspirasi, bisa didengarkan pada paru bagian bawah. Di bedakan menjadi berikut
ini :
2.
Halus : Terdengar kering, nadanya
tinggi, durasinya pendek. Suara terdengar seperti rambut yang di tarik di
antara dua jari.
3.
Kasar : Terdengar basa, nadanya
rendah, duarsinya lebih lama. Suaranya terdengar seperti air yang baru keluar
dari wadah setelah sumbatannya lepas.
a.
Ronchi ; Terutama terdengar saat
inspirasi diatas trakea dan bronkus secara terus menerus, nadanya rendah,
terdengar seperti suara musik.
b.
Mengi (wheezing) : terdengar terutama
saat ekspirasi disemua lapang paru (bisa bernada rendah atau tinggi).
c.
Pleural friction rub: terdengar saat
inspirasi atau ekspirasi pada paru-paru bagian anterior sebagai suara gesekan
yang sangat kasar.
d.
Stridor: terdengar secara terus menerus
pada fase inspirasi seperti suara kerokan yang kasar.
b. Karakteristik
bunyi napas
|
Lamanya bunyi
|
Intensitas bunyi
ekspirasi
|
Nada bunyi ekspirasi
|
Lokasi bunyi
terdengaar secara normal
|
|
|
Vesicular*
|
Bunyi inspirasi
berlangsung lebih lama dari pada bunyi ekspirasi
|
pelan
|
Relative rendah
|
Hamper diseluruh
kedua lapang paru
|
|
bronkovesikular
|
Lama berlangsungnya
bunyi inspirasi dan ekspirasi lebih kurang sama
|
sedang
|
sedang
|
Sering pada ruang
sela iga pertama dan kedua disebelah anterior dan pada daerah interskapular
|
|
bronkial
|
Bunyi ekspirasi
berlangsung lebih lama dari pada bunyi inspirasi
|
keras
|
Relative tinggi
|
Pada daerah manubrium
jika benar-benar terdengar
|
|
trakeal
|
Lama berlangsungnya
bunyi inspirasi dan ekspirasi lebih kurang sama.
|
Sangat keras
|
Relative tinggi
|
Di daerah trakea pada
leher
|
c. Bunyi
Tambahan (Adventitious Sounds)
Pendeteksian
bunyi tambahan-cracles (yang terkadang disebut rales), mengi dan
rhonchi-mrupakan bagian penting pada pemeriksaan karena bunyi tambahan ini
sering mengghasilkan diagnosis kelainan jantung dan paru.
d. Jenis-Jenis
Bunyi Tambahan Yang Paling Sering Ditemukan
1.
Bunyi diskontinu (crecles atau rales)
Merupakan bunyi
yang intermiten (terputus-putus),nonmusical dan singkat-sepertititik-titik
disepanjang waktu crakles halus merupakan bunyi yang pelan, bernada tinggi dan
sangat singkat (5-10 mdet).
Crakles kasar
merupakan bunyi yang lebih keras bernada lebih rendah dan terdengr lebih
lama (20-30 mdet)
2.
Bunyi kontinu
Terdengar selama
>250 mdet, terutama lebih lama dari pada crakles-mirip garis-garis pendek
disepanjang waktu – tetapi tidak selalu bertahan diseluruh siklus respirasi.
Berbeda dengan crakles, bunyi ini bersifat musical.
Mengi merupakan
bunyi mengi yang relative bernada tinggi(sekitar 400Hz atau lebih) dan memiliki
sifat seperti bunyi peluit atau bunyi bergetar.
Ronchi merupakan
bunyi yang relative bernada rendah (sekitar 200 Hz atau kurang) dan memiliki
sifat seperti bunyi dengkuran.
3.
Bunyi suara yang ditransmisikan.
Jika terdengar
bunyi pernapasan bronkovesikular atau bronchial yang lokasinya abnormal ,
lanjutkan pemeriksaan untuk menilai bunyi suara yang ditransmisikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan Dada
Anterior dengan cara Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi. Sedangkan
penilaian klinis fungsi paru yaitu dengan cara aukultasi Auskultasi paru
merupakan teknik pemeriksaan yang paling penting dalam menilai aliran udara
melalui percabangan trakeobronkial.
Auskultasi meliputi:
5.
Mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh
pernapasan
6.
Mendengarkan setiap bunyi tambahan
7.
Jika terdapat kecurigaan akan
abnormalitas, mendengarkan bunyi yang di timbulkan oleh suara atau bisikan
pasien ketika suara tersebut ditransmisikan melalui dinding dada.
Daftar Pustaka
Agustinus, Andy Santosa. 1951. Pemeriksaan Fisik Physical
Assessment. Jakarta: Akademi Keperawatan st. Carolus.
Bickley, Lynn S. 2009. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik
dan Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC Kedokteran.
Debora, Oda. 2012. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan
Fisik. Jakarta: Salemba Medika.





0 comments:
Post a Comment