Monday, 27 July 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERPES SIMPLEKS

ASKEP HERPES SIMPLEKS (HS)



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis yang disebabkan virus herpes simplex (VHS)dan Herpes Zoster.
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.
Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
1.      Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun.
2.      Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.

B.     Tujuan Umum dan Khusus
1.      Mengetahui definisi herpes simplex
2.      Mengetahui etiologi herpes simplex
3.      Mengetahui manifestasi klinis dari herpes simplex
4.      Mengetahui patofisiologi dari herpes simplex
5.      Penalaksanaan
6.      Mengetahui diagnose, iintervensi dan rasional










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Herpes Simpleks Infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks (virus herpes hominis) dan terdapat dua tipe virus herpes simpleks yang diketahui menyebabkan infeksi pada kulit dan lapisan mukosa adalah virus herpes simpleks tipe-1 (HVS-1) yang masuk melalui oral dan virus herpes simpleks tipe-2 (HVS-2) masuk melalui genital.
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan merah. Vesikel ini paling sering terdapat di sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh lain.

B.     Etiologi
HVS ditularkan melalui kontak langsung. Infeksi HVS terjadi melalui inokulasi virus ke dalam permukaan mukosa (misalnya; orofaring, serviks, konjungtiva) atau melalui suatu lesi kecil di kulit,
HVS-1 ditularkan melalui kontak dengan air liur yang terinfeksi virus, sedangkan HSV-2 ditularkan secara seksual atau dari infeksi melalui kontak pada jalan lahir seorang ibu untuk bayinya yang lahir.
HVS tipe 1 dan 2 merupakan virus DNA. Pembagian tipe 1 dan tipe 2 berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi) (Djuanda Adhi, 2010).

Transmisi virus herpes pada manusia
Virus
Transmisi
Portal of entry
Target sel awal
HSV 1
Kontak langsung
Mukosa, kulit
Epitel
HSV 2
Kontak langsung
Mukosa, kulit
Epitel
VZV
Inhalasi, kontak langsung
Sal. Napas, mukosa
Epitel
CMV
Sliva, darah ? urin ?
Aliran  darah, mukosa
Neurotropil , monosit
EBV
Semen
Mukosa, aliran darah
Linfosit B, kelenjar ludah

Keterangan:
HSV 1       : Herpes Simplex Virus 1
HSV 2       : Virus Simplex Virus 2
VZV          : Varicella zozter Virus
CMV         : Cytomegalovirus
EBV          : Epstein – Barr Virus

C.    Patofisiologi
Infeksi primer dimulai 2 sampai 20 hari setelah mengalami kontak. Infeksi genetalia HSV tipe 1 dan 2 secara klinis identik. Individu dengan riwayat lesi oral dan antibody HSV tipe 1 cenderung untuk menderita infeksi HSV tipe 2 yang tidak begitu berat. Infeksi primer dapat menimbulkan lesi atau gejala yang ringan atau tidak ada sama sekali. Akan tetapi, pada wanita, infeksi herpes genetalis primer secara khas ditunjukan oleh adanya vesikel multiple pada labia mayora dan minora, menyebar pada perineum dan paha, yang kemudian berlanjut menjadi tukak yang sangat nyeri.
HSV mempunyai kemampuan untuk reaktivitas melalui beberapa rangsangan (misal: demam, trauma, stress emosioanal, sinar matahari, dan menstruasi). HSV – 1 dapat aktif kembali dan lebih sering pada bagian oral daripada genetalia. Sementara itu, HSV-2 dapat aktif kembali 8-10 kali lebih sering di daerah genital daripada di daerah orolabial. Reaktivasi lebih umum dan parah terjadi pada individu dengan kondisi penurunan fungsi imun.

D.    Manifestasi Klinis
1.      Infeksi primer – Tipe I: didaerah pinggang keatas, terutama daerah mulut dan hidung – Tipe II : di daerah pinggang kebawah terutama di daerah genital – infeksi primer berlangsung 3 minggu – menular memlalui kontak kulit – dema, malaise, anoreksia – pembengkakan kelenjar getah bening regional
2.      Fase laten fase ini tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
3.      Infeksi rekurens – trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur, berhubungan seksual) – trauma psikis (gangguan emosioanal, menstruasii) – berlangsung 7-10 hari – rasa panas, gatal dan nyeri – dapat timbul pada tempat yang sama.
(Djuanda Adhi, 2010)

E.     Penatalaksanaan Medis
Tidak ada pengobatan yang membasmi HSV. Terapi local untuk meredakan nyeri biasanya menolong. Asiklovir telah menunjukkan manfaat dalam memperpendek fase ulseratif dan lamanya virus bersembunyi, dan jika dipakai terus-menerus, dapat mengurangi kekambuhan.
Untuk mengobati herpes simpleks, dokter dapat memberikan pengobatan antivirus dalam bentuk krim atau pil. Pengobatan ini tidak dapat menyembuhkan herpes simpleks, namun dapat mengurangi durasi terjadinya penyakit dan mengurangi beratnya penyakit. Antivirus yang diakui oleh FDA (badan pengawas obat-obatan Amerika Serikat) antara lain: Acyclovir, Valacyclovir dan Famcyclovir. Jika seseorang sedang mendapat pengobatan untuk herpes simpleks, maka pasangan seksualnya disarankan untuk diperiksa, dan bila perlu, diobati juga walaupun tidak ada gejala. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang serius pada infeksi herpes simpleks yang tidak terdiagnosis atau mencegah penyebaran infeksi ini ke orang lain. Mereka juga disarankan untuk tidak berhubungan seksual sampai selesai pengobatan.

Diascahrge Planning
1.      Jalani hidup yang bersih dan higienis
2.      Jaga agar lesi tetap lembab, tidak kering
3.      Berikan kompres es atau hangat pada lepuhan-lepuhan yang timbul untuk mengurangi rasa nyeri
4.      Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersamaan
5.      Hindari memencet atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan infeksi sekunder
6.      Jangan menggosok atau menyentuh mata habis menyentuh lepuhan karena dapat menyebabkan penyebaran virus kekornea yang mengakibatkan kebutaan
7.      Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh herpes.










ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HERPES SIMPLEKS

1.      Pengkajian

a.       Riwayat kesehatan
1.       Keluhahan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kiesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul
2.       Riwayat Perawatan Sekarang
Keluhan adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah bibir. Dan biasanya klien mengalami rasa gatal dan nyeri.
3.       Riwayat keperawatan yang lalu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya atau penyakit kulit lainnya. Karena sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes simpleks atau memiliki riwayat seperti ini.
4.       Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada keluarga atau teman dekat klien yang pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
5.       Kebutuhan Psikososial
Klien dengna penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri diantaranya perubahan citra tubuh dan harga diri menurun.

b.      Pemeriksaan fisik         
·         Tekanan Darah      
·         Nadi                       
·         Pernafasan             
·         Suhu tubuh    
·         Kulit :Kelembaban kulit, bersih, turgor, tidak terdapat pitting edema, warna kulit, tidak ada hiperpigmentasi.
·         Kepala : Bentuk kepala,kebersihan, berbau, terdapat lesi, warna rambut
·         Mata : Reflek pupil , diameter pupil, konjungtiva, koordinasi gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan.
·         Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung..
·         Telinga : Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada, reflek suara baik dan telinga sedikit berdenging.
·         Mulut : Bentuk bibir, mukosa bibir, lidah, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis dan gigi. Sekitar bibir terdapat bintik bintik kemerahan yang membentuk gelembung yang berisi cairan.

2.      Diagnosa
a.       Nyeri b.d inflamasi jaringan
b.      Gangguan citra tubuh b.d perubahan peampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks
c.       Resiko infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung, tidak langsung, kotak droplet)
d.      Ansietas
e.       Hipertermi
f.       Resiko mata kering
g.      Kerusakan integritas kulit

(Sumber: Nanda NIC-NOC Jilid I, 2013)




3.      Intervensi Keperawatan

No Dx
NOC
NIC
a
ü  Pain level
ü  Pain control
ü  Comfort level

KH:
ü  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab, mampu menggunakan tahnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
ü  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manjemen nyeri
ü  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
ü  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Pain Management
ü  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
ü  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
ü  Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu kebisingan
ü  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (nonfarmakologi, farmakologi, dan inter personal)
ü  Ajarkan tentang teknik non-farmakologi
ü  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
ü  Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan tidak berhasil
ü   
(Sumber: Nanda NIC-NOC Jilid I, 2013







No Dx
NOC
NIC
b
ü  Body image
ü  Self esteem

KH:
ü  Body image positif
ü  Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
ü  Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh
ü  Mempertahankan interaksi sosial
Body iamge enhancement

ü  Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
ü  Monitor frekuensi mengkritik dirinya
ü  Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
ü  Dorong klien mengungkapkan perasaannya
ü  Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
ü  Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

(Sumber: Nanda NIC-NOC Jilid I, 2013)

No Dx
NOC
NIC
c
ü  Immune status
ü  Knowledge : infekction control
ü  Risk control

KH:
ü  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
ü  Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang memengaruhi penularan serta penatalaksanaan
ü  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
ü  Menunjukkan perilaku hidup sehat

Infection control

ü  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
ü  Pertahankan tehnik isolasi
ü  Batasi pengunjung bila perlu
ü  Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
ü  Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
ü  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
ü  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
ü  Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
ü  Tingkatkan intake nutrisi
ü  Berikan terapi antibiotic bila perlu
Infection protection (proteksi terhadap infeksi)
ü  Monitor kerentanan terhadap infeksi
ü  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
ü  Inspeksi kondisi luka
ü  Dorong istirahat
ü  Ajarkan kepada pasien dan keluarga pasien tanda dan gejala infeksi
ü  Ajarkan cara menghindari infeksi
ü  Instruksikan pasien untuk minum obat atibiotik sesuai resep

(Sumber: Nanda NIC-NOC Jilid I, 2013)






No Dx
NOC
NIC
d
ü  Anxietas self-control
ü  Anxietas level
ü  Coping

KH:
ü  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
ü  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tihnik untuk mengontrol cemas
ü  Vital sign dalam batas normal postir tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnnya kecemasan
Anxietas reduction (penurunan kecemasan)

ü  Gunakan pendekatan yang menenangkan
ü  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
ü  Jelaskan prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
ü  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi katakutan
ü  Dorong keluarga untuk menemai anak
ü  Dengarkan dengan penuh perhatian
ü  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
ü  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan persepsi
ü  Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
ü  Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

(Sumber: Nanda NIC-NOC Jilid I, 2013)






No Dx
NOC
NIC
e
ü  Thermoregulator

KH:
ü  Suhu tubuh dalam rentang normal
ü  Nadi dan RR dalam rentang normal
ü  Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Fever treatment

ü  Monitor suhu sesering mungkin
ü  Monitor warna dan suhu kulit
ü  Monitor TTV
ü  Monitor tingkat kesadaran
ü  Berikan anti piretik
ü  Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
ü  Lakuka tapid sponge
ü  Kolaborasi pemberian cairan IV
ü  Kompres pasien pada paha dan aksila

(Sumber: Nanda NIC-NOC Jilid I, 2013)

No Dx
NOC
NIC
f
ü  Sensory function: vision

KH:
ü  Ketajaman pusat penglihatan kanan dan kiri
ü  Ketajaman penglihatan sekeliling mata kanan dan kiri
ü  Menangkap penglihatan perier kanan dan kiri
ü  Respon stimulus penglihatan adekuat
ü  Tidak ada penglihatan ganda
ü  Tidak ada penglihatan kabur
ü  Tidak ada sakit kepala
ü  Ketegangan mata berkurang
ü  Mata lembab
ü  Tidak terdapat benda asing di mata
Eyes care

ü  Monitor tanda-tanda kemerahan, cairan, atau userasi
ü  Instruksikan pasien tidak menggosok mata
ü  Monitor reflex kornea
ü  Gunakan pelindung mata (kaca mata) jika diperlukan
ü  Lakukan perawatan mata jika perlu
ü  Gunakan tetes mata atau salep mata untuk kelembaban

(Sumber: Nanda NIC-NOC Jilid I, 2013)

No Dx
NOC
NIC
g
ü  Tissue integrity: skin and mucous
ü  Membranes
ü  Hemodyalisis akses

KH:
ü  Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, hidrasi, pigmentasi)
ü  Tidak ada lesi pada kulit
ü  Perfusi jaringan yang baik
ü  Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya  cedera berulang
ü  Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelebaban kulit dan perawatan alami

Pressure management

ü  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
ü  Hindari kerutan pada tempat tidur
ü  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
ü  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam.
ü  Monitor kulit adanya kemerahan
ü  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
ü  monitor status nutrisi pasien
ü  memandikan pasien dengan sabun dan air hangat


EVALUASI

1.      Nyeri berkurang/hilang
2.      Tidak terjadi infeksi / tidak ada tanda-tanda dari infeksi
3.      Tidak ada komplikasi
4.      Tidak ada tanda mata kering
5.      Mekanisme koping klien dengan kelurga baik


 

0 comments: