ASKEP PANKREATITIS
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pankreas
merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin dan eksokrin, dan kedua
fungsi ini saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama adalah untuk
memfasilitasi proses pencernaan melalui sekresi enzim-enzim ke dalam duodenum
proksimal. Sekretin dan kolesistokinin-pankreozimin (CCC-PZ) merupakan hormon
traktus gastrointestinal yang membantu dalam mencerna zat-zat makanan dengan
mengendalikan sekret pankreas.Sekresi enzim pankreas yang normal berkisar dari
1500-2500 mm/hari.
Pankreas
adalah kelenjar terelongasi berukuran besar di balik kurvatura besar lambung,
merupakan organ yang panjang dan ramping, merupakan kelenjar kompleks
tubulo-alveolar, secara keseluruhan menyerupai setangkai anggur. Pankreas juga
sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah,
panjangnya sekitar 15-20cm (6-8 inch), lebar sekitar 3,8 cm (1,5 inch) mulai
dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang
pada vertebral lumbalis I dan II di belakang lambung.Pankreas terletak retroperitoneal
dan dibagi dalam 3 segmen utama, yaitu kaput, korpus, dan kauda. Kaput terletak
pada bagian cekung duodenum.Kauda menyentuh limpa.
Keradangan
dari pankreas atau pankreatitis merupakan penyakit yang saat ini masih sulit
pengobatannya. Adanya bahan-bahan racun yang dikeluarkan jika organ ini
mengalami keradangan menyebabkan gangguan-gangguan pada organ yang lain
seperti otak, paru, jantung, hati dan ginjal. Angka kematian pada penyakit ini
masih cukup tinggi.Pada keradangan akut yang disertai nekrosis yang hemoragis,
angka kematian mendekati 100%.Patogenesa dan beberapa penyebab dari
pankreatitis sampai sekarang belum dapat diketahui secara keseluruhannya.
Beberapa teori tentang patogenesa dari penyakit ini akan dibahas secara singkat
didalam tulisan ini. Diagnosa yang tepat sangat diperlukan untuk pengobatan
yang baik dari pankreatitis.Diagnosa harus melibatkan pemeriksaanpemeriksaan
Kinik, radiologis, ultrasonikviserografi dan laboratorium. Pada pembicaraan
lebih lanjut akan dibahas lebih banyak mengenai pemeriksaan laboratorium yang
saat ini makin bertambah lengkap. Perubahan-perubahan yang terjadi pada
komposisi cairan tubuh yang disebabkan adanya bahan-bahan racun yang
dikeluarkan oleh pankreas yang meradang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.
Apakah yang
dimaksud dengan Pankreatitis ?
2.
Apa penyebab
seseorang dapat menderita Pankreatitis ?
3.
Bagaimana
Patofisiologi sampai akhirnya klien menderita Pankreatitis ?
4.
Bagaimana
Manifestasi Klinis Penderita Pankreatitis ?
5.
Bagaimana
Diagnosis untuk penderita Pankreatitis ?
6.
Bagaimana
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Klien yang mengalami Pankreatitis
?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Pankreatitis
Pankreatitis (inflamasi pankreas)
merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat
berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga
penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap
berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart, 200; 1338). Pankreatitis adalah
kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas diaktifasi
secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas. (Doengoes, 2000;558).
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat
alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis.
(Sandra M. Nettina, 2001). Pankreatitis adalah reaksi pradangan pankreas
(inflamasi pankreas).Pankreatitis merupakan penyakit yang serius pada pankreas
dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan
dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengna cepat dan fatal yang
tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan.
B.
Etiologi
Pankreatitis
Pankreatitis
akut terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri,
khususnya oleh tripsin. Delapan puluh persen penderita pankreatitis akut
mengalami penyakit pada duktus billiaris; meskipun demikian, hanya 5% penderita
batu empedu yang kemudian mengalami nekrosis. Batu empedu memasuki duktus
koledokus dan terperangkap dalam saluran ini pada daerah ampula Vateri,
menyumbat- aliran getah pankreas atau menyebabkan aliran balik (refluks) getah
empedu dari duktus koledokus ke dalam duktus pankreastikus dan dengan demikian
akan mengaktifkan enzim-enzim yang kuat dalam pankreas. Spasme dan edema pada
ampula Vateri yang terjadi akibat duodenitis kemungkinan dapat menimbulkan
pankreatitis. Penyebab Pankreatitis Akut :
1.
Batu empedu
2.
Alkoholisme
3.
Obat-obat,
seperti furosemide dan azathioprine
4.
Gondongan (parotitis)
5.
Kadar lemak darah yang tinggi, terutama trigliserida
6.
Kerusakan
pankreas karena pembedahan atau endoskopi
7.
Kerusakan pankreas karena luka tusuk atau luka tembus
8.
Kanker pancreas
9.
Berkurangnya aliran darah ke pankreas, misalnya karena
tekanan darah yang sangat rendah
10. Pankreatitis bawaan
C.
Fatofisiologi
Jenis
Kelamin. Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria.Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh
terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang
menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis.
Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormone (esterogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung
empedu.
Usia.
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
Orang dengan usia> 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.
Berat
badan (BMI). Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi,
mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan
tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga
mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
Makanan.
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah
operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari
empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
Riwayat
keluarga. Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih
besar dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga.
Aktifitas
fisik. Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih
sedikit berkontraksi.
Penyakit
usus halus. Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn
disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
Nutrisi
intravena jangka lama. Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung
empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi
yang melewati intestinal.Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi
meningkat dalam kandung empedu.
Pankreatitis
akut merupakan penyakit seistemik yang terdiri dari dua fase. Pertama, fase
awal yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator inflamasi, disebut
sindrom respons inflamasi sistemik atau systemic inflamatory response
syndrome (SIRS) yang berlangsung sekitar 72 jam. Gambaran klinisnya
menyerupai sepsis, tetapi tidak ada bukti-bukti infeksi. Alkohol diperkirakan
dapat menyebabkan defek primer berupa presipitasi protein (enzim yang
mengental) di dalam duktus, atrofi difus sel asinun, fibrosis yang menimbulkan
dilatasi duktus, atrofi difus sel inus , fibrosis dan akhirnya kalsifikasi
sebagian menyumbat protein tersebut. Efek toksik langsung alcohol pada pankreas
mengakibatkan pancreatitis (ditemukan pada klien yang mengonsumsi alcohol dalam
jangka waktu yang lama). Inflamasi kronis pankreas menyebabkan destruksi
sekresi sel pankreas sel pankreas yang menyebabkan maldigestif dan malabsorbsi
protein dan lemak dan mungkin sel beta pulau Langerhans yang menyebabkan
diabetes melitus. Ketika penggantian sel oleh jaringan fibrosa
mengakibatkan sumbatan pankreas, saluran empedu, dan duodenum. Kedua, fase
lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh alami yang menyebabkan
keterlibatan sampai kegagalan multiorgan, yang biasanya dimulai pada awal
minggu kedua. Kegagalan fungsi salah satu organ merupakan penanda beratnya
penyakit dan buruknya faktor prognosis.
D.
Manifestasi
Klinis
Nyeri
abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang menyebabkan pasien
datang ke rumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan abdomen yang disertai nyeri
pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami
inflamasi tersebut sehingga timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf. Peningkatan
tekanan pada kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut
menimbulkan rasa sakit. Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah
ulu hati (mid epigastrium). Awitannya sering bersifat akut dan terjdi 24-48 jam
setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini dapat
bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya.Umumnya rasa sakit menjadi
semakin parah setelah makan dan tidak dapat diredakan dengan pemberian antasid.
Rasa
sakit ini dapat disertai dengan distensi abdomen, adanya massa pada abdomen
yang dapat diraba tetapi batasnya tidak jelas dan dengan penurunan peristatis.
Rasa sakit yang disebabkan oleh pankreatitis sering disertai dengan muntah.
Pasien
tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada abdomen.
Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal. Namun
demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis.
Ekimosis
(memar) di daerah pinggang dan di sekitar umbilicus merupakan tanda yang
menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat. Mual dan muntah umumnya
dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya berasal dari isi lambung
tetapi juga dapat mengandung getah empedu.
Gejala
panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi. Hipotensi yang terjadi
bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta syok yang disebabkan
oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein, karena cairan ini
mengalir kedalam jaringan dan rongga peritoneum.
Pasien
dapat mengalami takikardi, denyut nadinya cepat (100-140 kali/menit), sianosis
dan kulit yang dingin serta basah disamping gejala hipotensi. dan pernafasannya
cepat dan dangkal. Gagal ginjal akut sering dijumpai pada keadaan dini.
Gangguan
pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat memperlihatkan gejala
infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil pemeriksaan gas darah
abnormal. Depresi miokard, hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati
intravaskuler diseminata dapat pula terjadi pada pankreatitis akut (Brunner
& Suddart, 2001:1339).
Komplikasi
1.
Timbulnya
Diabetes Mellitus
2.
Tetani hebat
3.
Efusi pleura
(khususnya pada hemitoraks kiri)
4.
Abses pankreas
atau psedokista. Akibat lanut pankreatitis akut adalah di pankreas
terbentuk pseudokista, yang terisi dengan enzim pankreas, cairan
dan jaringan sisa, yang membesar seperti balon. Bila pesudokista
berkembang menjadi lebih besar dan menyebabkan nyeri atau gejala lain,
dilakukandekompresi
5.
Demam Typoid
6.
Gagal Ginjal Akut
7.
Gagal Nafas Akut
E.
Diagnosa
Diagnosis
Pankratitis Akut
Diagnosis
pankreatitis akut pada umumnya dapat ditetgakkan bilamana pada pasien dengan
nyeri perut bagian atas yang timbul tiba-tiba didapatkan :
1.
Kenaikan
amilase serum atau urine ataupun nilai lipase dalam serum sedikitnya tiga kali
harga normal tertinggi.
2.
Atau penemuan
utrasonografi yang sesuai dengan pankreatitis akut.
3.
Atau dengan
penemuan operasi/autopsi yang sesuai dengan pankretitis akut.
4.
Kriteria yang
dipakai untuk menegakkan diagnosa secara klinis praktis, salah satunya adalah
kriteria Ranson.
Pemeriksaan
Penunjang:
1.
Scan-CT:
menentukan luasnya edema dan nekrosis.
2.
Ultrasound
abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi inflamasi pankreas, abses,
pseudositis, karsinoma dan obstruksi traktus bilier.
3.
Endoskopi:
penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa fistula, penyakit obstruksi
bilier dan striktur/anomali duktus pankreas. Prosedur ini dikontra indikasikan
pada fase akut.
4.
Aspirasi jarum
penunjuk CT: dilakukan untuk menentukan adanya infeksi.
5.
Foto abdomen:
dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan dengan pancreas atau
faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya udara bebas intra peritoneal
disebabkan oleh perforasi atau pembekuan abses, kalsifikasi pankreas.
6.
Pemeriksaan
seri GI atas: sering menunjukkan bukti pembesaran pankreas/inflamasi.
7.
Amilase serum:
meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas (kadar normal tidak
menyingkirkan penyakit).
8.
Amilase urine:
meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.
9.
Lipase serum:
biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi lebih lama.
10. Bilirubin serum: terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh
penyakit hati alkoholik atau penekanan duktus koledokus).
11. Fosfatase alkaline: biasanya meningkat bila pankreatitis disertai
oleh penyakit bilier.
12. Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan
permeabilitas kapiler dan transudasi cairan kearea ekstrasel).
13. Kalsium serum: hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah
timbul penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai
nekrosis pankreas).
14. Kalium: hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster;
hiperkalemia dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis,
insufisiensi ginjal.
15. Trigliserida: kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen
penyebab pankreatitis akut.
16. LDH/AST (SGOT): mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena
gangguan bilier dalam hati.
17. Darah lengkap: SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb
mungkin menurun karena perdarahan.Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi)
sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam pankreas atau area
retroperitoneal.
18. Glukosa serum: meningkat sementara umum terjadi khususnya selama
serangan awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya kerusakan sel
beta dan nekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk.Urine analisa; amilase,
mioglobin, hematuria dan proteinuria mungkin ada (kerusakan glomerolus).
19. Feses: peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal
pencernaan lemak dan protein (Dongoes, 2000).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pankreatitis akut bersifat simtomatik dan ditujukan
untuk mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan per oral harus
dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pankreas. Pelaksanaan TPN (total
parental nutrition) pada pankreatitis akut biasanya menjadi bagian terapi
yang penting, khusus pada pasien dengan keadaan umum yang buruk, sebagai akibat
dari stres metabolik yang menyertai pankreatitis akut. Pemasangan NGT dengan
pengisapan (suction) isi lambung dapat dilakukan untuk meredakan gejala
mual dan muntah, mengurangi distensi abdomen yang nyeri dan ileus paralitik
serta untuk mengeluarkan asam klorida.
1.
Tindakan Medik
a.
Penanganan
Nyeri. Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan tindakan yang
esensial dalam perjalanan penyakit pankreatitis akut karena akan mengurangi
rasa nyeri dan kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi pankreas.
b.
Perawatan
Intensif. Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar albumin yang
rendah diperlukan untuk mempertahankan volume cairan serta mencegah gagal
ginjal akut.
c.
Perawatan
Respiratorius. Perawatan respiratorius yang agresif diperlukan karena
risiko untuk terjadinya elevasi diafragma, infiltrasi serta efusi dalam paru
dan atelektasis cenderung tinggi.
d.
Drainase
Bilier. Pemasangan drainase bilier dalam duktus pankreatikus melalui
endoskopi telah dilakukan dengan keberhasilan yang terbatas. Terapi ini akan
membentuk kembali aliran pankreas dan akibatnya, akan mengurangi rasa sakit
serta menaikkan berat badan.
e.
Penatalaksanaan Pasca-akut. Antasid dapat diberikan
ketika gejala akut pankreatitis mulai menghilang. Pemberian makanan makanan per oral yang rendah
lemak dan protein dimulai secara bertahap. Kafein
dan alkohol tidak boleh terdapat dalam makanan pasien.
f.
Pertimbangan
Gerontik. Pankreatitis akut dapat mengenai segala usia; meskipun demikian,
angka mortalitas pankreatitis akut meningkat bersamaan dengan pertambahan usia.
1.
Tindakan
Pembedahan
Tindakan
segera untuk eksplorasi bedah pada umumnya tidak dilakukan, kecuali pada
kasus-kasus berat di mana terdapat:
a.
Perburukan
sirkulasi dan fungsi paru sesudah beberapa hari terapi intensif.
b.
Pada kasus
pankreatitis hemoragik nekrosis yang disertai dengan rejatan yang sukar
diatasi.
c.
Timbulnya
sepsis.
d.
Gangguan fungsi ginjal yang progresif.
e.
Tanda-tanda
peritonitis.
f.
Bendungan dari
infeksi saluran empedu.
g.
Perdarahan
intestinal yang berat.
Tindakan bedah juga dapat dilakukan sesudah penyakit berjalan
beberapa waktu (kebanyakan sesudah 2-3 minggu perawatan intensif) bilamana
timbul penyulit seperti pembentukan pseudokista atau abses, pembentukan fistel,
ileus karena obstruksi pada duodenum atau kolon, pada perdarahan hebat
retroperitoneal atau intestinal.
PATHWAY
Pathway Pankreatitis
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN
GANGGUAN PANKREATITIS
Konsep
Asuhan Keperawatan
A.
Pengkajian
Anamnesa
1.
Biodata
Pada
biodata diperoleh data tentang :
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Status Perkawinan
Suku Bangsa
Tanggal Masuk
Tanggal Didata
Nomor MR
2.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Klien datang
dengan mengeluh nyeri tiba-tiba yang terjadi di epigastrum, abdomen bawah atau
terlokalisirpada daerah torasika porterior dan lumbalis. Nyeri bisa ringan atau
parah atau biasanya menetap da tidak bersifat kram (Sabinson, 1994)
3.
Riwayat
penyakit Dahulu
Kaji apakah
pernah mendapat intervensi pembedahan seperti colecytectomy, atau prosedur
diagnostik seperti EKCP
Kaji apakah
pernah menderita masalah medis lain yang menyebabkan pankreatitis meliputi
ulkus peptikum, gagalginjal, vaskular disorder, hypoparathyroidisme,
hyperlipidemia. Kaji apakah klien pernah mengidap infeksi virus parotitis dan
dibuat catatan obat-obatan yang pernah digunakan ( Donna D, 1995)
4.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Kaji riwayat
keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap pankreatitis dan penyakit biliaris
(Donna D, 1995)
5.
Pengkaian
psikososial
·
Kaji riwayat
penggunaan alkohol secara berlebihan yang menyebabkan pankreatitis akut.
·
Kaji kapan
klien paling sering mengkonsumsi alkohol dan apakah klien pernah mengalami
trauma seperti kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan yang
berkontribusi terhadap peningkatan penggunaan alkohol (Donna D, 1995)
6.
Pola aktivitas
Klien dapat
melaporkan adanya feces berlemak / steatorea, juga penurunan berat badan, mual,
muntah. Pastikan karakteristik dan frekuensi BAB (Huddak & Gallo, 1996)
Perlu dikaji
status nutrsi klien dan catat faktor yang dapat menurunkan kebutuhan nutrisi
(Suzanna Smeltzer, 1999).
Pemeriksaan
Fisik :
1.
Kepala
Bentuk : bulat
Rambut : bersih, hitam, pendek, beruban
2.
Mata
Konjungtiva : anemis
Kelengkapan : lengkap kiri dan kanan
Kesimetrisan : simetris kiri dan kanan
Sklera
: ikterik
Palpebra
: cekung
Pupil
: sama besar,sama bulat dan bereaksi terhadap cahaya
3.
Telinga
Tidak ada masalah dengan pendengaran klien dan
kelengkapan telinga kiri dan kanan
4.
Leher
Tidak ada kelainan seperti pembesaran kelenjer
tiroid
5.
Hidung
Bersih tidak terlihat adanya sekret
6.
Mulut dan tenggorokan
Kebersihan kurang, dan terlihat bibir klien
sianosis, dan mukosa mulut kering
7.
Tanda-Tanda Vital
Kaji adanya peningkatan temperatur, takikardi,
dan penurunan tekanan darah (Donna D, 1995). Demam merupakan gejala yang umum
biasanya (dari 39° C). demam berkepanjangan dapat menandakan adanya komplikasi
gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis, kolesistitis atau absese
intra abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
8.
Sistem Gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri abdomen. Juga terdapat distensi
abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani. Bising usus menurun atau
hilang karena efek proses peradangan dan aktivitas enzim pada motilitas usus.
Hal ini memperberat ketidakseimbangan cairan pada penyakit ini.
Pasien dengan penyakit pankreatitis yang parah dapat mengalami asites,
ikterik dan teraba massa abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
9.
Sistem Cardiovaskular
Efek sistemik lainnya dari pelepasan kedalam
sirkulasi adalah vasodilatasi perifer yang pada gilirannya dapat menyebabkan
hipotensi dan syok.
Penurunan perfusi pankreas dapat menyebabkan
penurunan faktor depresan miokardial (MDF). Faktor depresan miokardial
diketahui dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Seluruh organ tubuh kemudian
terganggu (huddak & Gallo, 1996).
10. Sistem Sirkulasi
Resusitasi cairan dini dan agresif diduga dapat
mencegah pelepasan MDF. Aktivasi tripsin diketahui dapat mengakibatkan
abnormalitas dalam koagulitas darah dan lisis bekuan. Koagulasi intravaskular
diseminata dengan keterkaitan dengan gangguan perdarahan selanjutnya dapat
mempengaruhi keseimbangan cairan (Sabiston, 1994).
11. Sistem Respirasi
Pelepasan enzim-enzim lain (contoh
fosfolipase) diduga banyak menyebabkan komplikasi pulmonal yang berhubungan
dengan pankretitis akut. Ini termasuk hipoksemia arterial, atelektasis, efusi
pleural, pneumonia, gagal nafas akut dan sindroma distress pernafasan akut
(Huddak & gallo, 1996).
12. Sistem Metablisme
Komplikasi metabolik dari pankreatitis akut
termasuk hipokalsemia dan hiperlipidemia yang diduga berhubungan dengan daerah
nekrosis lemak disekitar daerah pankreas yang meradang. Hiperglikemia dapat
timbul dan disebabkan oleh respon terhadap stress. Kerusakan sel-sel inset
langerhans menyebabkan hiperglikemia refraktori. Asidosis metabolik dapat
diakibatkan oleh hipoperfusi dan aktivasi hipermetabolik anaerob (Huddak &
Gallo,1996).
13. Sistem urinari
Oliguria, azotemia atau trombosis vena
renalis bisa menyebabkan gagal ginjal (Sabiston, 1994).
14. Sistem Neurologi
Kaji perubahan tingkah laku dan sensori
yang dapat berhubungan dengan penggunaan alkohol atau indikasi hipoksia yang
disertai syok (Donna D, 1995)
15. Sistem Integumen
Membran mukosa kering, kulit dingin dan
lembab, sianosis yang dapat mencerminkan dehidrasi ringan sampai sedang akibat
muntah atau sindrom kebocoran kapiler. Perubahan warna keunguan pada panggul
(tanda turney grey) atau pada area periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada
nekrosis hemoragik yang luas (Sandra M, 2001).
Diagnosa
Keperawatan
1.
Nyeri b.d inflamasi, edema, distensi
pada pancreas dan iritasi peritoneum.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan makanan dan peningkatan kenutuhan
metabolisme
3.
Resiko ketidak efektifan perfusi ginjal
4.
Kekurangan volume cairan
5.
Resiko infeksi
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
No Dx
|
NOC
|
NIC
|
|
1
|
ü Pain
Level
ü Pain
Control
ü Comfort level
KH:
ü Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
ü Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
ü Mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
ü Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
|
Pain
management
ü Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.
ü Control
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti kebisingan
ü Kurangi
factor presipitasi nyeri
ü Pilih
dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
ü Ajarkan
tehnik nonfarmakologi
ü Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri
ü Tingkatkan
istirahat
ü Kolaborasi
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
|
|
No Dx
|
NOC
|
NIC
|
|
2
|
KH:
ü Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
ü Nerat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan
ü Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
ü Tidak
ada tanda-tanda malnutrisi
ü Menunjukkan
peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
ü Tidak
terjadi penurunan berat badan
|
Nutrition
management
ü Kaji
adanya alergi makanan
ü Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
ü Berikan
informasi tentang kebutuhan nutisi
ü Yakinkan
diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
ü Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein vitamin C dan Fe
|
|
No Dx
|
NOC
|
NIC
|
|
3
|
KH:
ü Tekanan
systole dan diastole dalam batas
normal
ü Tidak
ada gangguan mental, orientasi kognitif dan kekuatan otot
ü Na,
K, Cl, Ca, Mg, BUM, creat dan biknat dalam batas normal
ü Tidak
ada distensi vena leher
ü Tidak
ada bunyi paru tambahan
ü Intake
output seimbang
ü Tidak
ada oedem perifer dan asites
ü Tidak
ada rasa haus yang abnormal
ü Membrane
mukosa lembab
ü Warna
dan bau urine dalam batas normal
|
Acid-Base management
ü Observasi
status hidrasi
ü Monitor
ureum, albumin, total, protein, serum osmolalitas dan urine
ü Pertahankan
intake dan output secara akurat
ü Monitor
TTV
ü Monitor
glukosa darah arteri dan serum, elektrolit urine
|
|
No Dx
|
NOC
|
NIC
|
|
4
|
KH:
ü Mempertahankan
urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ, urine normal, HT normal
ü Tekanan
darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
ü Tidak
ada tanda dehidrasi, elatisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang berlebihan
|
Pain management
ü Pertahankan
catatan intake dan output jika diperlukan
ü Monitor
status hidrasi
ü Monitor
Vital Sign
ü Kolaborasi
pemberian cairan IV
ü Dorong
keluarga untuk membantu pasien makan
|
|
No Dx
|
NOC
|
NIC
|
|
5
|
KH:
ü Klien
bebas dari tanda dan gejala infeksi
ü Mendeskripsikan
proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaan
ü Menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
ü Menunjukkan
perilaku hidup sehat
|
Infection control
ü Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain
ü Pertahankan
tehnik isolasi
ü Isntruksikan
pada pengunjung saat berkunjung dan setelah berkunjung untuk mencuci tangan
ü Gunakan
baju, sarung tangan untuk alat pelindung
ü Pertahankan
lingkungan aseptic selama pemasangan alat
ü Berikan
terapi antibiotic jika perlu
ü Tingkatkan
intake nutrisi
ü Ajarkan
pasien dan keluarga pasien tanda dan gejala infeksi
|
B.
IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter &
Perry, 1997).
C.
EVALUASI
evaluasi adalah perbandingan yang sistematik
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya.
merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain.
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah
diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau
belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke
keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan
kesediaan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Dayrit, Mary Wilfrid dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Hati. Jakarta: EGC
Anonim, 2001,
Introduction to Pankreatitis, http://www.oncolink.org diakses pada tgl 7
Nopember 2004.
Fong, Tse-Ling,
2002. Pankreatitis, dalam www.medicinet.com, September 2007
Kerr, M., 2004,
Pankreatitis US, http//:www.nlm.nih.gov diakses pada tgl 2 Desember 2004.
Brunner &
Suddarth. 2002. Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. EGC: Jakarta





0 comments:
Post a Comment