Sering
terdengar isu di masyarakat bahwa MMR (measles, mumps, rubella) dapat
menyebabkan autisme. Isu adanya kemungkinan hubungan antara MMR dan autism
timbul pada akhir 1990-an, setelah publikasi artikel yang menyatakan ada
hubungan antara virus vaksin campak dan penyakit inflamasi usus. Selain itu,
ada publikasi tentang kemungkinan hubungan antara MMR, penyakit usus, dan
autism.
Vaksin
MMR berguna untuk mencegah measles (campak), mumps (gondong), dan
rubella (campak jerman). Campak merupakan penyakit infeksi yang amat
menular dengan gejala demam tinggi, batuk pilek, mata merah, dan ruam merah di
kulit. Bila terserang campak, komplikasi yang mungkin timbul adalah infeksi
telinga, radang paru-paru, radang otak (encephalitis) yang dapat
menyebabkan kejang, tuli, dan retardasi mental pada 1-2 dari 2000 individu yang
terkena. Di Indonesia pada 2011, tercatat 11.704 kasus campak, menurun 32
persen dari tahun sebelumnya karena program imunisasi.
Penyakit
gondong memberikan gejala demam, sakit kepala, dan pembengkakan pada satu atau
dua sisi pipi bagian belakang/rahang bawah. Komplikasi radang selaput otak (meningitis)
dapat terjadi pada 4-6 dari 100 individu yang menderita gondong. Komplikasi
lain adalah gangguan pendengaran yang biasanya permanen, radang buah zakar (testis)
yang dapat menimbulkan risiko sterilitas (mandul). Penyakit campak jerman (rubella)
menimbulkan gejala demam 2-3 hari dan bercak-bercak merah. Penyakit ini dapat
menimbulkan cacat berat pada janin, yang dikenal sebagai sindrom rubela
congenital, bila mengenai ibu hamil terutama pada hamil muda.
Apakah imunisasi MMR menyebabkan autisme?
Tidak.
Tidak ada bukti ilmiah antara imunisasi campak ataupun MMR dengan autisme.
Berbagai penelitian dilakukan Amerika dan di Eropa menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara MMR dan autisme. Berbagai kajian American Academy of
Pediatrics, Institute of Medicine, Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) menyimpulkan bahwa tidak ada bukti hubungan antara imunisasi MMR dan
timbulnya autisme. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO)
juga membentuk sebuah komisi yang terdiri dari peneliti independen untuk
mengkaji hubungan imunisasi MMR dan autism. Hasilnya adalah tidak hubungan
antara keduanya.
Bagaimana tentang publikasi yang menyatakan ada
hubungan antara imunisasi MMR dan autism?
Dokter
Wakefield di Inggris pada 1998 melakukan penelitian pada 12 anak yang dirujuk
ke klinik karena diare atau nyeri perut. Anak-anak tersebut mempunyai riwayat
perkembangan normal, tetapi mengalami regresi (kemunduran) untuk keterampilan
tertentu. Saat diperiksa, orangtua ditanyakan tentang riwayat imunisasi MMR
(yang telah diberikan 9 tahun sebelumnya) dan hubungan antara imunisasi MMR
dengan hilangnya keterampilan tersebut. Berdasarkan data tersebut, dengan
jumlah subyek yang amat sedikit, peneliti menyatakan ada hubungan antara
imunisasi MMR dan autism. Hubungan antara keduanya didasari pada ingatan
orangtua yang terjadi beberapa tahun sebelumnya, bukan berdasarkan bukti ilmiah
yang obyektif. Lebih lanjut, 4 dari 12 subyek mengalami gangguan perilaku
sebelum timbul gangguan saluran cerna. Hal ini membantah teori peneliti itu
sendiri yang menyatakan bahwa gangguan saluran cerna (yang disebabkan oleh MMR)
akan menimbulkan autisme. Kekurangan publikasi ini adalah kesalahan seleksi subyek
(terdapat gangguan saluran cerna sebelum timbul gangguan perilaku) dan tidak
ada kelompok control, suatu hal yang amat penting dalam penelitian. Dengan
demikian publikasi tersebut tidak digolongkan sebagai publikasi ilmiah,
melainkan suatu deskripsi ingatan orangtua dari suatu kelompok anak tertentu
(bukan dari populasi anak pada umumnya) yang dirujuk ke klinik dokter tertentu.
[bersambung]
Bagaimana penelitian penggunaan imunisasi MMR pada masyarakat luas?
Madsen,
dkk melakukan penelitian di Denmark yang meliputi bayi yang lahir antara
Januari 1991 sampai Desember 1999. Dari 537.303 anak yang diteliti, 440.655 di
antaranya mendapat vaksin MMR. Penelitian yang dipublikasi dalam The New
England Journal of Medicine pada 2002 itu menyatakan bahwa kejadian autisme
ataupun autistic-spectrum disorders (ASD) pada kelompok yang mendapat
MMR dan kelompok yang tidak mendapat MMR tidak berbeda alias sama.
Apakah MMR dapat menyebabkan kemunduran dalam perkembangan bicara
anak?
Tidak.
Imunisasi MMR tidak menyebabkan kemunduran perkembangan anak. Hal ini dapat
dilihat dari penelitian tentang kemunduran/ regresi perilaku atau perkembangan
pada autism dan hubungannya dengan imunisasi MMR. Penelitian ini dilakukan di
Amerika oleh Collaborative Programs of Excellence in Autism yang
didukung oleh The National Institute of Child Health and Human Development
(NICHD) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Penelitian
yang dilakukan pada 12 universitas terkemuka di Amerika ini dimuat dalam Journal
of Autism and Developmental Disorders pada 2006, meneliti 351 anak dengan
ASD (dengan dan tanpa regresi) dan 31 anak yang khas memperlihatkan kemampuan
komunikasi sosial lalu diikuti hilangnya kemampuan tersebut. Hasil penelitian
tersebut adalah tidak ada bukti bahwa ada hubungan antara regresi perkembangan
pada autisme dengan imunisasi MMR.
Apakah imunisasi MMR menyebabkan autisme pada anak-anak Asia?
Imunisasi
MMR tidak menyebabkan autisme pada anak Asia. Honda dan kawan-kawan meneliti
angka kejadian ASD pada anak berumur sampai 7 tahun di Kohoku Ward (dengan
populasi sekitar 300.00 orang), suatu daerah di Yokohama, Jepang. Imunisasi MMR
di Yokohama menurun drastis mulai 1988 sampai 1992. Pada 1993, imunisasi MMR
dihentikan sama sekali. Namun, ternyata kerjadian kumulatif ASD pada anak
sampai umur 7 tahun meningkat secara bermakna pada kelompok anak yang lahir
antara tahun 1988-1996. Peningkatan yang amat drastic terjadi pada anak yang
lahir setelah 1993, yang justru tidak mendapat imunisasi MMR. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa imunisasi MMR sangat tidak mungkin menjadi penyebab ASD.
Kesimpulan lain adalah penghentian imunisasi MMR pada Negara-negara yang
menggunakannya tidak akan menurunkan angka kejadian autism.
Penggunaan vaksin MMR di dunia
Saat
ini, diperkirakan sebanyak 500 juta dosis vaksin MMR telah digunakan di seluruh
dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan imunisasi MMR dengan
cakupan minimal 95 persen untuk membasmi penyakit tersebut.
Jadwal imunisasi MMR
Ikatan
Dokter Anak Indonesia pada tahun 2011 merekomendasikan imunisasi MMR pertama
pada umur 15 bulan, yaitu 6 bulan setelah imunisasi campak. MMR dosis kedua
dianjurkan diberikan pada umur antara 5 sampai 6 tahun.
Kesimpulan
Dari
berbagai penelitian ilmiah yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan,
imunisasi MMR tidak terbukti menimbulkan autisme ataupun autistic spectrum
disorder. Imunisasi MMR berguna untuk mencegah penyakit campak, campak
jerman, gondong, dan komplikasi yang dapat mengakibatkan kecacatan atau bahkan
kematian.
Sumber: www.idai.or.id





0 comments:
Post a Comment