Saturday, 1 August 2015

askep peritonitis

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi dinding rongga abdomen dan peritoneum visceral yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga abdomen. Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal atau kantong peritoneum. Pada laki-laki berupa kantong tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke dalam rongga peritoneum, di dalam peritoneum banyak terdapat lipatan atau kantong. Lipatan besar (omentum mayor) banyak terdapat lemak yang terdapat disebelah depan lambung. Lipatan kecil (omentum minor) meliputi hati, kurvaturan minor, dan lambung berjalan keatas dinding abdomen dan membentuk mesenterium usus halus. Fungsi peritoneum :
1.      Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis
2.      Membentuk pembatas yang halus sehinggan organ yang ada dalam rongga peritoneum tidak saling bergesekan
3.      Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior abdomen
4.      Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap infeksi.
      Sebagai calon perawat sangatlah penting mengetahui fungsi dari peritoneum dan mengetahui kelainan atau penyakit yang bisa terjadi pada peritoneum, penyebab dan proses terjadinya gangguan peritoneum sehingga nantinya dalam praktik keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat.

B.     Rumusan Masalah
-          Apa yang dimaksud dengan peritonitis?
-          Bagaimana tanda dan gejala dari peritonitis?
-          Apa yang menyebabkan dan bagaimana proses terjadinya peritonitis?
-          Bagaimana asuhan keperawatan peritonitis?


C.    Tujuan
a.      Tujuan Umum
           Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini adalah mendukung kegiatan pembelajaran keparawatan, khususnya mata kuliah pencernaan serta melatih mahasiswa untuk berpikir kritis.

b.      Tujuan Khusus
-          Untuk mengetahui dan memahami tentang peritonitis baik pengertian, penyebab, tanda dan gejalalanya
-          Untuk mengetahui dan memahami tentang proses terjadinya peritonitis
-          Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis

D.    Manfaat
      Mendapatkan pengetahuan tentang pencernaan khususnya tentang asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis sehingga nantinya dapat mengembangkan pengetahuan tersebut dalam praktik keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Definisi
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding perut atau peritoneum. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis. Infeksi peritonitis terbagi atas penyebab perimer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ visceral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi pertitonitis infeksi (umum) dan abses abdomen (local infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya.
1.      Peritonitis primer/ spontan : spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
-          Biasa terjadi pada masa anak – anak dengan sindrom nefrotik atau sirosis hati
-          Tidak ada sumber infeksi pada intra peritoneal
-          Lebih banyak diderita perempuan daripada laki – laki
-          Kuman masuk melalui aliran darah atau alat genital
-          Rasa sakit dan lemas
-          Dehidrasi dan nyeri tekan
-          Otot abdomen tegang
-          Kembung
-          Bunyi peristaltic usus sulit ditemukan
2.      Peritonitis sekunder
-          Kuman yang masuk banyak, biasa dari GIT dan imun klien
-          Kuman campuran aerob dan aerob
-          Adanya sumber infeksi intraperitoneal, apendiksitis, salpingitis, kolesistitis, pancreatitis, perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi kolon asendens, dsg.
-          Dapat dari trauma yang menyebabkan rupture pada GIT atau perporasi setelah endoskopi, biopsy, atau polipektomi endoskopik
-          Dapat terjadi keganasan GIT
-          Tertelannya benda asing dan tajam
-          Sangat nyeri
-          Tidak berani bergerak saat tidur
-          Napas pendek
-          Awalnya tensi turun sedikit dan nadi lebih cepat, kemudian masuk dalam renjatan dengan nadi kecil dan lebih cepat
-          Hivopolemia
-          Abdomen tegang
3.      Peritonitis tersier
Peritonitis yang disebabkan oleh pemasangan alat
Penyebab iatrogenic umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pancreas, saluran empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi. Jahitan oprasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis. Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi noninfeksi, insiden peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi seharusnya kurang dari 2%. Operasi untuk penyakit inflamasi (misalnya apendisitis, divetikulitis, kolesistitis) tanpa perforasi berisiko kurang dari 10% terjadinya peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Risiko terjadinya peritonitis sekunder dan abses makin tinggi dengan adanya keterlibatan duodenum, pancreas perforasi kolon, kontaminasi peritoneal, syok perioperatif, dan transfuse yang pasif.

B.     Tanda dan Gejala
Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.

C.    Etiologi
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous bacterial Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, tetapi biasanya terjadi pada pasien yang asites terjadi kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehinggan menjadi translokasi bakteri munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit hati yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar molekul komponen asites pathogen. Yang paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan gram lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu Streptococcus pnemuminae 15%, jenis Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri.
Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal terutama disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, bukan berasal dari kelainan organ, pada pasien peritonisis tersier biasanya timbul abses atau flagmon dengan atau tanpa fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB, peritonitis steril atau kimiawi terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (Misalnya penyakit Crohn).

D.    Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke dalam rongga abdomen sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau perforasi tumor. Terjadinya proliferasi bacterial, terjadinya edema jaringan dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler dan darah. Respons segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus.
Pathway
Factor primer                                             Factor sekunder                      Factor tersier

spontaneous bacterial peritonitis (SBP)    infeksi meluas                         pemasangan alat

aliran darah                                                                                   perkembangan bakteri

hipertermi                                    PERADANGAN PERITONEUM


 


nyeri                                 abdomen tegang                      penurunan kontraksi usus
                                         
                        mual, muntah              kekurangan volume cairan             konstipasi
                                         
anoreksia                                 syok hivopolemia
                                   
            perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh             kelemahan

                                                                                                      intoleran aktivitas
E.     Pemeriksaan Diagnositik
-          Drainase panduan CT-Scan
-          USG

F.     Penatalaksanaan
      Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama. Analegesik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bentuk ventilasi diperlukan. Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotic, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi respon peradangan.
      Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani explorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus peritoniummaka tindakan laparotomi diperlukan. Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya udara bebas intraperitoneal dan lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparotomi.

G.    Komplikasi
-          Eviserasi Luka
-          Pembentukan abses

H.    Askep Teoritis
  1. Pengkajian
-          Identitas Pasien : nama, umur, agama, pekerjaan, suku/bangsa, jenis kelamin, alamat    
-          Identitas Penanggung Jawab: nama, umur, pekerjaan, alamat, hub. dengan pasien,
-          No registrasi, tgl. masuk RS, tanggal pengkajian, jam dilakukan pengkajian, metode pengkajian
-          Data Umum
·         keluhan utama : keluhan yang sangat mengganggu aktivitas klien, pasien peritonitis biasanya mengalami nyeri di bagian abdomen
·         riwayat penyakit sekarang: dikaji perjalanan penyakit klien
·         riwayat kesehatan dahulu: yang diakaji penyakit yang pernah diderita klien sebelum penyakit yang diderita saai ini.
·         riwayat kesehatan keluarga: apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit atau keluhan seperti yang dialami klien
·         kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
-          Pemeriksaan Fisik
·         Keadaan umum : kebersihan anak, keadaan kulit, kesadaran
·         Pengukuran lain: BB sebelum dan saat pengkajian, tinggi badan
·         Vital Sign: suhu, nadi, respirasi, tekanan darah
·         Keadaan Fisik:
ü  Kepala       : bentuk, warna rambut, ada tidaknya lesi
ü  Mata          : warna, penglihatan
ü  Mulut        : perhatikan mukosa bibir, kelembaban, perdarahan, kebersihan, jumlah gigi
ü  Hidung      : perhatikan ada  tidaknya epistaksis, nyeri tekan, pernafasan cuping hidung, kebersihan
ü  Telinga      : perhatikan ada tidaknya nyeri tekan, kebersihan
ü  Thorax       : perhatikan bentuk dada, kesimetrisan, suara paru dan jantung
ü  Abdomen  : perhatiakan apakah ada nyeri tekan, asites, peristaltic
ü  Ekstremitas: perhatikan apakah ada edema, cianosis, pergerakan sendi
ü  Genetalia   : perhatikan kebersihan, ada tidaknya kelainan
ü  Anus          : perhatikan kebersihan, dan ada tidaknya perdarahan

  1. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul
1.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamsi peritonium
3.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia, penurunan penyerapan nutrient sekunder
4.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat mual, muntah
5.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang memburuk
6.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan yang didapat
7.      Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan medikasi

  1. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan setelah dilakukan asuhan keperawatan:
1.      Hipertherni teratasi dengan criteria hasil klien tidak melapor panas, badan klien tidak panas
2.      Nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil tidak adanya nyeri tekan, klien tidak melaporkan adanya nyeri
3.      Nutrisi terpenuhi dengan criteria hasil klien menunjukkan peningkatan nafsu makan, BB normal
4.      Kebutuhan cairan terpenuhi
5.      Ansietas teratasi dengan criteria hasil klien tidak tampak gelisah
6.      Pengetahuan klien meningkat dengan criteria hasil klien dapat menjelaskan tentang penyakitnya
7.      Integritas kulit baik




BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.M
DENGAN PERITONITIS
DI RUANG SERUNI DI RUMAH SAKIT SEJAHTERA

A.    Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, tanggal 10 November 2010 pada pukul 07. 30 WIB di ruang seruni Rumah Sakit Sejahtera dengan teknik wawancara, obervasi, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi.
             I.            Identitas Pasien
a.       Identitas Pasien
Nama                     : Ny. "M"
Umur                     : 17 tahun
Agama                   : Islam
Pekerjaan               : Mahasiswa
Suku/Bangsa         : Jawa/Indonesia
Jenis Kelamin        : Perempuan
Alamat                   : Jalan Pramuka, Bantul, Yogyakarta
b.      Identitas Penanggung Jawab
Nama                                 : Tn. “Z”
Umur                                 : 49 tahun
Pekerjaan                           : PNS
Alamat                              : Jalan Pramuka, Bantul, Yogyakarta
Hub. dengan pasien          : orang tua klien
No Registrasi                    : 23.09.1234
Tgl. Masuk RS                  : tanggal 10 November 2010 pukul 07. 30 WIB melalui poli penyakit dalam


          II.            Data Umum
·         Keluhan Utama
Nyeri
·         Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan klien sering mengeluh nyeri di seluruh perutnya. Nyeri dirasakan semakin lama semakin berat. Keluarga klien juga mengatakan klien sering mengeluh mual, muntah , dan nafsu makan menurun. Karena klien pingsan, keluarga klien membawanya ke rumah sakit.
·         Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien mengalami ependiksitis  yang diobati sendiri dengan antibiotic dari salinan resep dokter 3 bulan terakhir.
·         Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien belum pernah ada menderita peritonitis.

       III.      Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
a.       Biologis
1.      Bernafas
-          Sebelum sakit        : klien tidak pernah mengalami gangguan pernafasan
-          Saat pengkajian     : klien dapat bernafas dengan baik dengan frekuensi
  16 x / menit
2.      Pola nutrisi
-          Sebelum sakit        : pasien biasanya makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk, sayuran. Klien biasanya minum air putih.
-          Saat pengkajian     : keluarga klien mengatakan nafsu makan klien menurun, disertai mual dan muntah.
3.      Pola eliminasi
-          Sebelum sakit        : Klien biasanya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau feses normal. Pasien BAK 3- 5 kali sehari dengan warna jernih
-          Saat pengkajian     : keluarga klien mengatakan klien sulit buang air besar. Pasien BAK sama dengan sebelum sakit, tidak ada keluhan
4.      Pola istirahat dan tidur
-          Sebelum sakit        : Klien biasanya tidur pukul 22.00 wib dan bangun pukul 05.00 wib
-          Saat pengkajian     : klien durasi tidur lebih lama 11 – 15 jam karena kondisi yang lemah
5.      Pola aktivitas dan latihan
-          Sebelum sakit        : keluarga klien mengatakan klien selain rajin sekolah juga rajian dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, dan sering bepergian bersama teman – temannya.
-          Saat pengkajian     : klien lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur karena merasa lemas
6.      Pengaturan suhu tubuh
-          Sebelum sakit        : klien tidak mengalami gangguan suhu tubuh
-          Saat pengkajian     : klien tidak mengalami gangguan suhu, dengan suhu tubuh 36, 70C.
7.      Kebersihan diri
-          Sebelum sakit        : perawatan / kebersihan diri dilakukan sendiri
-          Saat pengkajian     : klien hanya dilap di tempat tidur, perawatan diri dibantu oleh keluarga
b.      Psikologis
1.      Rasa aman
-          Sebelum sakit        : klien tidak merasa takut
-          Saat pengkajian     : klien merasa khawatir dengan keadaanya
2.      Rasa nyaman
-          Sebelum sakit        : klien mengatakan pernah mengalami nyeri karena menderita apendiksitis
-          Saat pengkajian     : klien merasa nyeri diseluruh perutnya
c.       Social
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas social yang biasa dilakukan.
d.      Spiritual
-          Sebelum sakit              : klien beragama Islam, klien sholat 5 waktu sehari
-          Saat pengkajian           : klien sembahyang di tempat tidur
       IV.      Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan umum     : lemah
-          Kebersihan klien         : cukup
-          Keadaan kulit              : turgor elastic, cyanosis tidak ada, lesi tidak ada
-          Kesadaran                   : somnolen
2.      Vital Sign
-          Suhu                            : 36,70C
-          Nadi                            :16 x / menit
-          Respirasi                      :96 x/ menit
-          Tekanan Darah            :90/ 60 mmHg
3.      Keadaan fisik
-          Kepala             : bentuk bulat, warna rambut hitam, lesi tidak ada
-          Mata                : sclera putih, konjungtiva anemis, pupil isokor
-          Mulut              : mukosa bibir kering, pecah – pecah, perdarahan gusi tidak ada, caries ada 2 pada graham, kebersihan cukup, lidah anemis di pinggir dan di tengah putih (kotor)
-          Hidung            : epistaksis tidak ada, nyeri tekan tidak ada, kebersihan cukup, nafas cuping hidung tidak ada
-          Telinga            : kebersihan cukup
-          Leher               : pembesaran atau bendungan vena jugularis dan parotis tidak ada. Tidak ada nyeri saat menean
-          Thorax            
§  Paru           : tidak ada retraksi otot dada, whezzing, ronchi
§  Jantung      : suara S1 S2 reguler, murmur dan gallop tidak ada
-          Abdomen        : terdapat nyeri tekan saat dipalpasi, distensi ada, lesi tidak ada, acites tidak ada, turgor kulit elastic, benjolan tiak ada
-          Ekstremitas
§  Atas           : terpasang infuse di tangan kanan, edema dan cyanosis tidak
  Ada
§  Bawah       : edema dan cyanosis tidak ada
-          Genetalia         : kelainan tidak ada, kebersihan cukup
-          Anus                : haemoroid tidak ada, kebersihan cukup

          V.      Analisis Data
No
Symptom
Etiologi
Problem
1
Ds:
-          Keluarga klien mengatakan klien nyeri di seluruh perutnya

Do:
-          Terdapat nyeri tekan pada abdomen
Faktor sekunder (appendicitis)

Inflamasi/peradangan meluas

Peradangan peritoneum
 

inflamasi
Nyeri
2
Ds:
-          Keluarga klien mengatakan klien mengeluh mual, sering muntah dan nafsu makan menurun
Do:
-          Klien tampak lemah
Peradangan peritoneum

Abdomen tegang

Mual, muntah

anoreksia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3
Ds:
-          Keluarga klien mengatakan klien mual dan sering muntah
Do:
-          Klien pingsan
-          Mukosa bibir kering, pecah – pecah
-          TD : 90/60 mmHg
-          N : 96 x / menit
Peradangan peritoneum

Abdomen tegang

Mual, muntah

Kehilangan cairan
Kekurangan volume cairan
4
Ds
-          Keluarga klien mengatakan klien sulit buang air besar
Do
-          Feses keras dan berbentuk
Peradangan peritoneum

Abdomen tegang


 
Kontraksi usus  

Feses lama diusus

Feses keras
konstipasi
5
Ds:
-          Klien mengeluh lemas
Do:
-          Klien tidak banyak bergerak
Peradangan peritoneum

Abdomen tegang

Mual, muntah

Kehilangan cairan, anoreksia

Kelemahan
intoleran aktivitas

Diagnose Keperawatan
  1. Perubahan kenyamanan: nyeri berhubungan dengan inflamasi
  2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
  3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder, mual, muntah akibat peritonitis
  4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
  5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic  sekunder

B.     Intervensi
No. dx
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang sampai hilang dengan criteria hasil:
-          Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang
-          Tidak ada nyeri tekan
-          Kaji tingkat, lokasi, frekuensi nyeri




-          Bantu klien mengatur posisi senyaman mungkin

-          Ajarkan teknik distrakasi





-          Ajarkan teknik nafas dalam




-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
-          Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan pembedahan
-          Untuk memperoleh data yang akurat sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat
-          Posisi yang tepat dan nyaman dapat menurunkan nyeri
-          Pengalihan perhatian dapt amenurunkan nyeri karena klien terfokus pada hal lain
-          Nafas dalam dapat meningkatkan input oksigen sehingga otot – otot tidak tegang sehingga nyeri berkurang
-          Analgesic dapat menurunkan nyeri
-          Mencegah peradangan yang lebih luas
2
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam nutrisi  terpenuhi dengan criteria hasil:
-          Klien menunjukan peningkatan nafsu makan
-          Berat badan klien normal
-          Berikan makan dalam keadaan hangat

-          Berikan klien makan dalam porsi kecil tapi sering
-          Berikan informasi yang akurat tentang pentingnya nutrisi


-          Motivasi klien untuk menghabiskan makanannya


-          Timbang berat badan setiap hari
-          Pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum dan sesudah makan

-          Hindarkan klien dari rangsangan yang membuat klien mual dan muntah
-          Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian multivitamin penambah nafsu makan
-          Makanan hangat dapat meningkatkan nafsu makan
-          Meningkatkan intake makanan
-          Pengetahuan yang adekuat dapat meningkatkan kepatuhan klien terhadap intervensi
-          Dukungan dari orang lain akan membuat klien merasa dihargai
-          Untuk mengetahui perkembangan klien
-          Meningkatkan kesejahteraan klien sehingga nafsu makan meningkat
-          Mencegah kekurangan nutrisi lebih parah
-          Meningkatkan nafsu makan
3
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2 x 24 jam cairan terpenuhi dengan criteria hasil:
-          Mukosa bibir lembab
-          Memperlihatkan tidak adanya  tanda dan gejala dehidrasi
-          Pantau berat badan, suhu tubuh, kelembaban pada rongga oral, volume dan konsentrasi urine
-          Kaji yang disukai dan yang tidak disukai, berikan cairan yang disukai dalam batasan diet
-          Pantau masukan, pastikan sedikitnya 1500  mL cairan per oral setiap 24 jam
-          Kaji pengertian individu tentang alasan mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metode – metode untuk mencapai tujuan masukan cairan
-          Mengetahui perkembangan kondisi klien

-          Meningkatkan intake cairan


-          Mencegah dehidrasi


-          Untuk menentukan metode pemenuhan cairan
4
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2 x 2 jam pasien dapat mentoleransi aktivitas dengan criteria hasil:
-           Pasien melaporkan badannya tidak lemah lagi
-          Makan, minum, ganti baju pasien terpenuhi
-          Periksa TTV

-          Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi
-          Tingkatkan tirah baring dan beri lingkungan yang nyaman



-          Evaluasi peningkatan toleran aktifitas

-          Untuk memantau kondisi klien
-          Untuk meningkatkan aktivitas klien secara bertahap
-          Menyediakan ketenangan dan energy untuk aktivitas dan penyembuhan
-          Untuk menentukan intervensi selanjutnya
5
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam konstipasi teratasi dengan criteria hasil:
-          Klien BAB 1 x sehari
Konsistensi lembek, warna kuning, bau normal
-          Anjurkan klien untuk diet makanan yang lembek dan berserat
-          Monitor perkembangan frekuensi, jumlah dan warna feses

-          Tekankan kebutuhan terhadap latihan regular
-          Dapat meningkatkan produksi feses

-          Data yang akurat dapat menentukan intervensi yang tepat dan benar
-          Latihan regular dapat meningkatkan peristaltic usus sehingga feses yang terbentuk tiak keras



BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding perut atau peritoneum. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Setelah diberikan asuhan keperawatan kepada klien diharapkan kondisi klien menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga klien dapt menjalankan aktivitasnya seperti biasa, tanpa adanya gangguan.

B.     Saran
Diharapkan sebagai calon perawat agar lebih mengetahui dan memahami tentang penyusunan asuhan keperawatan sehingga nantinya dapat menerapkan dan mengembangkannya dalam paktik keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Inayah, Iin. 2004.  Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
     Salemba Medika. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Santosa, Budi.2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika. Jakarta

Sumber lain:

0 comments: