ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA PASIEN
CHIKUNGUNYA
A. KONSEP TEORI
1.
Pengertian Chikungunya
Chikungunya
adalah penyakit yang ditandai dengan demam mendadak, nyeri pada persendian,
terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang
yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit.
2.
Penyebab Chikungunya
Virus
penyebab adalah chikungunya kelompok alpha virus atau “group A”
antropo bornes virus. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti yang juga nyamuk penular demam berdarah dengue (DB). Masa inkubasi
virus ini antara 1-2 hari pada umumnya 2 – 4 hari.
Cara
penularan chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk
penular, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Penyakit ini
biasanya tidak terjadi penularan dari orang ke orang.
3.
Patofisiologi
Penyakit cikungunya disebarkan oleh
nyamuk aedesaegypti, virus yang disebabkan oleh nyamuk aedesaegypti ini akan
berkembang biak di dalam tubuh manusia.Perlawanan anti bodi tubuh akan
mengakibatkan infeksi kemudian secara mendadak penderita akan mengalami demam
tinggi selama 5 hari dan virus Chikungunya menyerang sendi dan tulang. Pada
anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulitkemerahan. Ruam-ruam merah itu
muncul setelah 3-5 hari,mata biasanya merah disertaitanda-tanda seperti flu.
Sering dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang lebih besar deman biasanya
diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah
bening. Pada orang dewasa gejala nyeri sendi dan otot sangant dominan dan
sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit pada saat berjalan.
Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak
dapat berlangsung selama 3 hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai
pendarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue pada cikungunya
tidak ada pendarahan hebat, renjatan (syok) maupun kematian.
4.
Gejala Chikungunya
Gejala
penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja kalau Chikungunya
akan membuat semua persendian terasa ngilu.
a) Demam
Biasanya
demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan. Demam
penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39-40 derajat C.
b) Sakit persendian
Nyeri
sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat
bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita “merasa lumpuh” sebelum
berobat. Sendi yang sering sering dikeluhkan: sendi lutut,
pergelangan , jari kaki dan tangan serta tulang belakang.
c) Nyeri otot
Nyeri bisa
pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang terjadi
pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.
d) Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
Bercak
kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke
4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki, terutama
badan dan lengan. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.
e) Sakit kepala
Sakit
kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection dan
sedikit fotophobia.
f) Kejang dan penurunan kesadaran
Kejang
biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung
oleh penyakitnya.
g) Gejala lain
Gejala
lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian
leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.
Gejala yang
timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi tidak terlalu nyata
dan berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi, tetapi pada bayi dan
anak kecil timbul.
Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada
Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.
Pada virus DBD akan ada produksi racun yang menyerang pembuluh darah
dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab chikungunya akan
memproduksi virus yang menyerang tulang.
5.
Cara Penularan
Penularan
demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk
penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Virus
menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku
dengan kerap di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain
manusia, primata lainnya diduga dapat menjadi sumber penularan. Selain itu,
pada uji hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga
bisa mengandung antibodi terhadap virus Chikungunya.
Seseorang
yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu
kepada orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk
pembawa. Masa inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga
tujuh hari, biasanya berlaku dalam waktu dua hingga empat hari. Manifestasi
penyakit berlangsung tiga sampai sepuluh hari.
6.
Komplikasi
a. Myelomeningoensefalitis
b. Sindrom guillain
Barre
c. Hepatitis fulminan
d. Miokarditis
e. Perikarditis (jarang)
f. Infeksi
asimptomatik sering terjadi dan ini menyebabkan terbentuknya imunitas terhadap
virus (tidak ada serangan kedua).
7.
Cara Pengobatan
Tidak ada
vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap penderita
ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan
penyakit ini umumnya cukup baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu
akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu. Tetapi apabila kecurigaan penyakit
adalah termasuk campak atau demam berdarah dengue, maka perlu kesiapsiagaan
tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk apabila terdapat
tanda-tanda bahaya.
Bagi
penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan
terutama protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih
sebanyak mungkin untuk menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi
buah-buahan segar (sebaiknya minum jus buah segar). Vitamin peningkat daya
tahan tubuh juga bermanfaat untuk untuk menghadapi penyakit ini, karena daya
tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu pada
persendian cepat hilang.
Belum
ditemukan imunisasi yang berguna sebagai tindakan preventif. Namun pada
penderita yang telah terinfeksi timbul imunitas / kekebalan terhadap penyakit
ini dalam jangka panjang. Pengobatan yang diberikan umumnya untuk menghilangkan
atau meringankan gejala klinis yang ada saja (symptomatic therapy), seperti
pemberian obat panas, obat mual/muntah, maupun analgetik untuk menghilangkan
nyeri sendi.
8.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
demam Chikungunya secara umum dibagi dua, yaitu tata laksana periode akut dan
kronik.
a) Tatalaksana
Periode Akut
1. Rawat jalan
Pada
perawatan di rumah, yang harus dilakukan adalah istirahat yang cukup, membatasi
kegiatan fisik, kompres dingin (membantu mengurangi kerusakan sendi), minum banyak
air dengan elektrolit ( setidaknya 2 liter cairan dalam 24 jam), bila mungkin
produksi kencing harus diukur dan lebih dari satu liter dalam 24 jam. Demam diatasi
dengan paracetamol pada pasien tanpa penyakit ginjal dan hati.
Bila demam
lebih dari lima hari, nyeri tidak tertahankan, ketidakseimbangan postural dan
ekstremitas dingin, penurunan output urin, perdarahan kulit atau melalui lubang
manapun dan muntah terus menerus, pasien harus datang ke sarana kesehatan
primer.
2. Sarana
kesehatan primer
Kemungkinan
diagnosis banding yang lain misalnya leptospira, demam dengue, malaria dan
penyakit lain harus disingkirkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium dasar. Harus dicari tanda dehidrasi dan dilakukan
rehidrasi dengan adekuat. Dilakukan pemeriksaan darah untuk melihat lekosit dan
trombosit. Pengobatan lain merupakan simptomatis dengan paracetamol sebagai
antipiretik. Manifestasi kulit dapat diatasi dengan obat topical atau sistemik.
Bila hemodinamik
tidak stabil, oligouria ( urin < 500 cc/24 jam), perubahan kesadaran atau
manifestasi perdarahan, pasien harus segera dirujuk ke sarana kesehatan yang
lebih tinggi. Demam dapat memperburuk nyeri sendi, sehingga sebaiknya dihindari
dalam fase akut. Aktivitas ringan dan fisioterapi direkomendasikan bagi pasien
yang mengalami perbaikan klinis.
3. Sarana
kesehatan sekunder
Harus diperiksa
sampel darah untuk serologi IgM ELISA. Sebagai alternative dapat diperiksa IgG
diikuti dengan pemeriksaan sampel kedua dengan jarak 2-4 minggu. Tanda gagal
ginjal harus diperhatikan (jumlah urin, kreatinin, natrium dan kalium), fungsi
hati (transaminase dan bilirubi), EKG, malaria (hapusan darah tepi) dan
trombositopenia.
Pemeriksaan
cairan serebrospinal harus dilakukan bila dicurigai terdapat meningitis. Dapat
digunakan sistem scoring CURB 65 untuk penentuan perlu tidaknya rujukan ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
4. Sarana
kesehatan tersier
Harus
diperiksa sampel darah untuk serologi/PCR/pemeriksaan genetic sesegera mungkin
bila fasilitas tersedia. Pertimbangkan kemungkinan penyakit rematik lain
seperti rematoid arthritis, gout, demam rematik pada kasus-kasus yang tidak
biasa. Dapat diberikan terapi NSAID. Pada komplikasi serius berupa perdarahan
transfusi trombosit pada perdarahan dengan trombosit kurang dari 50ribu, fresh
frozen plasma atau injeksi vitamin K bila INR lebih dari dua. Hipotensi diatasi
dengan cairan atau intropik gagal ginjal akut dengan dialysis, kontraktur dan
deformitas dengan fisioterapi atau bedah dan manifestasi kulit dengan obat
topical atau sistemik. Pasien dengan mioperikarditis atau meningoensefalitis mungkin
membutuhkan perawatan intensif di ICU.
Pada kasus
atralgia yang refrakter terhadap obat lain dapat digunakan hidroksiklorokuin
200 mg per oral sekali sehari atau klorokuifosfat 300mg per oral tiap hari
selama 4 minggu. Perlu dinilai adakah kecacatan dan direncanakan prosedur
rehabilitasi.
b) Tatalaksana
Fase Kronik
a) Tatalaksana
Masalah Osteoartikular
Masalah
osteoartikular pada demam chikungunya biasanya membaik dalam satu sampai dua
minggu. Pada kurang dari 10% kasus, masalah ini dapat berlangsung dalam
beberapa bulan.
Tatalaksana
manifestasi osteoartikular mengikuti guideline yang telah dibahas sebelumnya.
Karena dapat terjadi proses imunologi pada kasus kronik dapat diberikan steroid
jangka pendek. Walaupun NSAID meringankan gejala pada sebagian besar pasien
harus diperhatikan juga efek samping pada ginjal, gastrointestinal, jantung,
dan sumsum tulang. Kompres dingin dilaporkan dapat mengurangi keluhan sendi.
b) Tatalaksana
Masalah Neurologis
Sekitar 40%
pasien dengan demam chikungunya akan mengeluhkan berbagai gejala neurologi
tetapi hanya 20% diantaranya mengalami manifestasi persisten. Keluhan paling
umum adalah neuropati perifer dengan komponen sensoris dominan. Obat
antineuralgi (amitriptilin, carbamazepin, gabapentin) dapat diberikan pada
dosis standar untuk neuropati. Keterlibatan ocular selama fase akut pada kurang
dari 0.5% kasus dapat menyebabkan penurunan visus dan nyeri mata. Penurunan
visus karena uveitis atau retinitis dapat berespon terhadap steroid.
c) Tatalaksana
Masalah Dermatologi
Manifestasi
kulit demam chikungunya berkurang setelah fase akut terlewati. Namun apabila
terjadi lesi psoriatic dan lesi atopic diperlukan tatalaksana spesifik. Hiperpigmentasi
dan erupsi popular dapat diobati dengan krim zinc oxide. Jarang terjadi
luka persisten.
9. Cara Pencegahan
Cara
mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya, termasuk
memusnahkan sarangpembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan
penularannya.
Cara
sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
a. Menguras bak
mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut berkembang biak
dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
b. Menutup tempat
penyimpanan air
c. Mengubur sampah
d. Menaburkan
larvasida.
e. Memelihara ikan
pemakan jentik
f. Pengasapan
g. Pemakaian anti
nyamuk
h. Pemasangan
kawat kasa di rumah.
i.
Membuka pintu dan jendela pada pagi
hingga sore hari sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat
untuk menghindari nyamuk yang menyukai daerah gelap, lembab dan pengap.
j.
Insektisida yang digunakan untuk
membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk
mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara
pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan nyamuk
Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang
menggantung.
10. PROGRAM
PEMERINTAH
Kebanyakan
dari masyarakat menganggap remeh program 3M (Mutup, Menguras, dan Menimbun)
pemerintah. 3M sudah sering digembar-gemborkan pemerintah, namun tak kunjung
diikuti oleh masyarakat, sehingga angka kejadian demam berdarah dan chikungunya
tetaplah tinggi.
Terkait
adanya konferensi perubahan iklim di Bali, tampaknya 3M perlu diubah. Karena
salah satu M nya adalah menimbun barang-barang yang dapat menyebabkan air
tergenang seperti kaleng bekas, plastik, dll. Dan ini merupakan pencemaran
lingkungan yang nyata. Karena barang-barang tersebut (plastik, dll) sulit
terurai oleh tanah. Dan akan terurai setelah berpuluh-puluh tahun kemudian. Dan
sudah sepatutnya pemerintah mulai merubah M yang ketiga (mengubur), menjadi
mendaur ulang atau bisa juga dengan merombeng (menjual) barang-barang bekas.
3M
pemerintah lalu dikembangkan menjadi 3M Plus. Yaitu dengan melakukan beberapa
plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll
sesuai dengan kondisi setempat.
B.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Pengkajian
merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dapatdilakukan
dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik.Tahapan-tahapannya
meliputi:
1. Identitas klien
2.
Keluhan
utama
3.
Riwayat
keluhan saat ini
4.
Riwayat
kesehatan masa lalu
5.
Penyakit
yang pernah diderita
6.
Hospitalisasi/tindakan
operasi
7.
Riwayat
social
8.
Pengkajian
pola kesehatan klien saat ini
9.
Pemeliharaan
dan persepsi terhadap kesehatan
10. Nutrisi
11. Cairan
12. Aktivitas
13. Tidur dan istirahat
2.
Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
a. Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan inflamasi
b. Nyeri
berhubungan dengan proses patologis penyakit.
c. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
d. Kurangnya
volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
kapiler.
e. Kurang
pengetahuan tentang proses penyaki.
3.
Intervensi
|
No
dx
|
Tujuan
& Kriteria
Hasil
|
Intevensi
|
Rasional
|
|
Dx I
|
Setelah
diberikan askep selama...x24, diharapkan suhutubuh px normal dengan kriteria
hasil:
o
Suhu tubuh px 35-37 oC
o
Klien bebas dari demam
|
observasi
tanda vital (suhu, nadi, teknan darah, pernafasan) setiap 3 jam.
Anjurkan
pasien untuk banyak minum
Berikan
kompres hangat
Anjurkan
untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal
kompres
hangat 4. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian
|
Tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang banyak.
Dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
Pakaian tipis membantu mengurangi
penguapan tubuh Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
tinggi.
|
|
Dx
II
|
Tujuan
& kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Setelah diberikan askep
selama...x24, diharapkan nyeri hilang KH :
Px melaporkan nyeri berkurang.
Px tidak mengeluh nyeri pada sendi
lutut dan tulang belakangnya.
Px tidak memegangi daerah yang
nyeri.
|
Kaji tingkat nyeri px
Berikan posisi yang nyaman,
usahakan situasi ruangan yang tenang .
Alihkan perhatian px dari rasa
nyeri yang diderita.
Kolaborasi dalam pemberian obat analgetaik.
|
mengetahui seberapa berat nyeri yang dialami oleh px mengurangi
rasa nyeri.
Dengan melakukan aktivitas lain,
px dapat melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang diderita.
Obat anlagetik dapat mengurangi
atau menghilangkan nyeri yang diderita
|
|
Dx
III
|
Tujuan
& kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Setelah diberikan askep
selama...x24, diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan KH :
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intake nutrisi adekuat
|
riwayat nutrisi, termasuk makanan
yang disukai.
Observasi dan catat masukan
makanan px.
Berikan makanan sedikit tapi
sering.
|
Mengidentifikasi defisiensi,menduga
kemungkinan intervensi.
Mengawasi masukan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Makanan sedikit dapat menurunkan
kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
|
|
Dx IV
|
Tujuan & kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Setelah diberikan askep
selama...x24, diharapkan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan KH :
Input dan output cairan seimbang.
Vital sign normal
|
Awasi vital sign setiap 3 jam atau
sesuai indikasi.
Anjurkan untuk minum 1500-2000
ml/hari sesuai toleransi
Kolaborasi pemberian cairan IV
|
Vital sign membantu
mengidentifikasikan fluktuasi cairan intravaskuler.
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
per oral.
Meningkatkan jumlah cairan tubuh,
untuk mencegahterjadinya hipopolemik.
|
|
Dx
V
|
Tujuan
& kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Setelah diberikan askep
selama...x24, diharapkan pasien mengerti tentang penyakitnya dengan KH :
Pasien mendapatkan informasi
tentang penyakitnya
pasien dapat ikut serta dalam
terapi pengobatan
|
Tentukan tingkat pengetahuan px
Berikan informasi mengenaipenyakit
dan program pengobatan yang diberikan
Diskusikan kebutuhan akan kontrol
penyakit yang rutin
|
Mempengaruhi pilihan terhadap
intervensi yang diberikan.
Menambah pengetahuan px tentang
penyakitnya dan pengobatan yang akan diberikan.
Memantau perbaikan dan
identifikasi kebutuhan terapi dan meningkatkan secara optimal proses
penyembuhan.
|
4.
Implementasi
Keperawatan
Merupakan
inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan
keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut
perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus
diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan.
5.
Evaluasi
Merupakan tahap akhip dari proses asuhan
keprawatan yang dimana pada tahap evaluasi ini kita mengetahui apakah tujuan
tercapai atau tidak. Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses
dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Proses asuhan keperawatan,
berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan
,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana
evaluasi.
Hasil
Evaluasi
Terdapat
3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1. Tujuan tercapai,apabila pasien telah
menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. tercapai sebagian,apabila tujuan itu
tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara
mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila
pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah
baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak
sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan
seluruh proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien
,seluruh tindakannya harus didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
S, Das AK. Chikungunya. JAPI: 2006; 54: 725-727.
WHO. Guidelines on Clinical Management on Chikungunya Fever.
October 2008. Widodo, Djoko. 2007. Diagnosis dan PenatalaksanaanChikungunya.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM. Wilson Mary.
Chikungunya on Three Continents.
(Online). ( http://infectious-diseases.jwatch . org/cgi/content/full/ 2008/227/2
, diakses 26 Pebruari 2009 ).
Yulvi H. Rapid Detection of Chikungunya Virus by PCR. USU
Repository 2006
Budiarto, Eko. 2002 . Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC





0 comments:
Post a Comment